Reporter: Vatrischa Putri Nur | Editor: Yudho Winarto
Rupiah masih dalam fase rentan
Rizal menjelaskan bahwa rupiah saat ini dipengaruhi dua sentimen utama:
1. Sentimen eksternal
- Suku bunga The Fed yang masih tinggi
- Penguatan dolar akibat sentimen risk-off
- Arus keluar portofolio asing
2. Sentimen domestik
- Kebutuhan dolar korporasi menjelang akhir tahun
- Ekspektasi pertumbuhan ekonomi yang melemah
- Sentimen fiskal dan kredibilitas stabilisasi BI yang masih diuji
“Kombinasi faktor tersebut membuat rupiah berada dalam fase rentan dan mudah tertekan,” jelas Rizal.
Baca Juga: Gus Yahya Tegaskan Tidak Akan Mundur, Dorong Konsolidasi NU yang Maslahat
Prospek rupiah hingga akhir 2025 dan 2026
Rizal memproyeksikan tekanan terhadap rupiah masih berlanjut dalam jangka pendek.
Selama The Fed belum menurunkan suku bunga, aliran modal belum kembali, dan kebutuhan dolar meningkat menjelang akhir tahun, rupiah cenderung bergerak melemah.
Namun, jika volatilitas global mereda dan intervensi BI melalui spot, DNDF, serta SRBI berjalan lebih efektif, stabilisasi rupiah berpeluang terjadi.
Dalam waktu dekat, rupiah diperkirakan bisa kembali ke rentang Rp16.600–Rp16.800.
Untuk akhir 2025, Rizal memperkirakan pergerakan rupiah berada di kisaran Rp16.700–Rp16.900, dengan skenario risk-off memungkinkan rupiah menembus Rp17.000 per dolar AS.
Baca Juga: Kemendagri Harapkan ILASPP Mempercepat Penyelesaian Batas Desa
Sementara pada 2026, peluang penguatan terbuka jika The Fed mulai memangkas suku bunga, sehingga rupiah dapat bergerak menuju Rp16.300–Rp16.600.
Namun, jika penurunan suku bunga tertunda atau ketidakpastian global berlanjut, rupiah berpotensi bertahan di rentang Rp16.700–Rp17.000.
Selanjutnya: Isu Merger dengan Grab Kian Menguat, Diawali dengan Mundurnya Patrick Waluyo
Menarik Dibaca: Cara Mengaktifkan Fitur Facebook Pro, Ikuti Langkah Demi Langkah Berikut Ini Ya!
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













