Reporter: Siti Masitoh | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Laju pertumbuhan konsumsi masyarakat atau rumah tangga belum juga kembali ke era sebelum pandemi Covid-19 terjadi. Bila melihat data 2011 hingga 2019, pertumbuhan konsumsi rumah tangga selalu kisaran 5%.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, sepanjang 2024 pertumbuhan konsumsi rumah tangga hanya mencapai 4,94%, meningkat dari 2023 yang mencapai 4,82%, namun stagnan bila dibandingkan 2022 yang mencapai 4,94%.
Saat pandemi Covid-19 berlangsung, memang pertumbuhan konsumsi merosot tajam, terkontraksi 2,63% pada 2020, kemudian tumbuh 2,01% pada 2021.
Meski begitu, Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti menyampaikan, konsumsi rumah tangga sebagai kontribusi paling besar terhadap pertumbuhan ekonomi tercatat tumbuh sebesar 4,94%, meningkat dari 2023 yang mencapai 4,82%.
Baca Juga: Pertumbuhan Konsumsi Rumah Tangga di Bawah 5%, Konsumsi Masih Lemah?
Bila dilihat berdasarkan sumbernya, pertumbuhan konsumsi juga tumbuh 2,60%, meningkat dari 2023 yang mencapai 2,55%. Meski meningkat, pertumbuhan konsumsi rumah tangga masih di bawah laju pertumbuhan ekonomi.
Amalia membeberkan, bila dilihat berdasarkan komponen konsumsi rumah tangga, konsumsi baju dan alas kaki pertumbuhannya masih di bawah laju pertumbuhan ekonomi yakni sebesar 2,55%.
Sedangkan komponen lainnya tercatat tumbuh lebih dari 5%, yakni konsumsi untuk sektor transportasi dan komunikasi tumbuh 6,56%.
“Serta juga untuk konsumsi restoran dan hotel tumbuh 6,53%. Sementara untuk konsumsi baju dan alas kaki tumbuhnya 2,55%,” tutur Amalia dalam konferensi pers, Rabu (5/2).
Adapun konsumsi rumah tangga ini menjadi distribusi terbesar pertumbuhan ekonomi sepanjang 2024 mencapai 54,04%.
Meski begitu, konsumsi rumah tangga terus tumbuh seiring meningkatnya aktivitas dan mobilitas rumah tangga.
Kelompok konsumsi yang tumbuh tinggi antara lain transportasi dan komunikasi. Pertumbuhan sektor ini seiring dengan mobilitas masyarakat yang meningkat menyebabkan kebutuhan konsumsi transportasi dan komunikasi meningkat, tercermin dari meningkatnya jumlah penumpang angkutan rel, laut, dan udara.
Baca Juga: Kinerja Ekspor Tak Mampu Dorong Laju Pertumbuhan Ekonomi, BPS Beberkan Penyebabnya
Selanjutnya didorong oleh sektor restoran dan hotel, seiring meningkatnya kegiatan wisata selama libur sekolah, libur hari besar keagamaan nasional.
Untuk diketahui, terjadi fenomena perilaku kelas menengah di Indonesia menunjukkan tren yang mengarah pada peningkatan kebiasaan menabung dibandingkan belanja.
Chief Economist PT Sarana Multi Infrastruktur (SMI) I Kadek Dian Sutrisna Artha mengatakan, pola ini memberikan indikasi kekhawatiran atas ketidakpastian ekonomi di masa depan, yang sekaligus berdampak pada penurunan konsumsi rumah tangga sebagai penggerak utama ekonomi nasional.
"Ini mengindikasikan adanya penurunan daya beli, dan biasanya kalau menabung itu adanya antisipasi atau precautionary motive dari kelompok ini atas ketidakpastian kondisi perekonomian ke depan," ujar Kadek dalam acara Economic dan Taxation Outlook 2025, Kamis (23/1).
Kondisi ini turut berkontribusi pada penurunan daya beli masyarakat, terutama di segmen consumer goods, kebutuhan medis, dan mobilitas.
Selanjutnya: JNE Optimis Industri Logistik Indonesia Terus Tumbuh Positif di 2025, Ini Strateginya
Menarik Dibaca: Promo Hypermart Spesial Valentine sampai 6 Februari 2025, Cokelat Diskon hingga 50%
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News