kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.991.000   -25.000   -1,24%
  • USD/IDR 16.884   -24,00   -0,14%
  • IDX 6.624   85,67   1,31%
  • KOMPAS100 950   11,26   1,20%
  • LQ45 740   9,70   1,33%
  • ISSI 210   1,70   0,81%
  • IDX30 384   6,39   1,69%
  • IDXHIDIV20 464   6,74   1,47%
  • IDX80 108   1,20   1,13%
  • IDXV30 114   1,00   0,89%
  • IDXQ30 126   2,50   2,02%

Kurangi Ketergantungan pada AS-China, Indonesia Butuh Pasar Baru


Rabu, 23 April 2025 / 07:22 WIB
Kurangi Ketergantungan pada AS-China, Indonesia Butuh Pasar Baru
ILUSTRASI. Neraca Perdagangan Surplus, Aktivitas bongkar muat Peti Kemas di pelabuhan Jakarta International Countainer Terminal (JICT), Tanjung Priok, Jakarta, Senin (21/4/2025). Posisi Indonesia sebagai negara dengan kekuatan diplomasi peringkat keenam dunia seharusnya dimanfaatkan untuk memperluas kerja sama perdagangan.


Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Posisi Indonesia sebagai negara dengan kekuatan diplomasi peringkat keenam dunia seharusnya dimanfaatkan untuk memperluas kerja sama perdagangan dengan negara-negara potensial lainnya, tidak hanya bergantung pada Amerika Serikat dan China. 

Apalagi, tensi perang dagang antara kedua negara tersebut semakin meningkat.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) per Maret 2025, terdapat sepuluh negara tujuan ekspor utama Indonesia dalam beberapa tahun terakhir. 

Baca Juga: Dampak Perang Dagang AS-China, Ekspor RI Turun Hingga Kebanjiran Produk Murah China

Selain Amerika Serikat dan Tiongkok, negara-negara seperti India, Jepang, Malaysia, Singapura, Filipina, serta sejumlah negara di Uni Eropa juga memberikan kontribusi terhadap surplus neraca perdagangan Indonesia.

Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira, menilai bahwa Indonesia memiliki banyak pasar ekspor alternatif yang potensial untuk dikembangkan, terutama di kawasan ASEAN. 

Saat ini, ekspor Indonesia ke ASEAN baru mencakup sekitar 18% dari total ekspor nonmigas. Selain itu, Bhima menyarankan agar Indonesia juga menggarap pasar potensial lain seperti Timur Tengah, Asia Selatan, Amerika Latin, dan negara-negara Kepulauan Pasifik.

Sementara itu, Ekonom dan Guru Besar Universitas Andalas, Syafruddin Karimi, mengingatkan pentingnya strategi ekspor yang lebih progresif dengan membuka pasar baru. 

Baca Juga: Perang Dagang AS-China Pecah, Ini Negara yang Paling Terdampak

Ia menekankan pentingnya diversifikasi pasar ekspor, termasuk menjalin kerja sama dengan lebih dari 50 negara anggota Organisasi Kerja Sama Islam (OKI), serta mitra dagang di ASEAN dan kelompok BRICS.

“Ke depan, prospek neraca perdagangan sangat bergantung pada keseimbangan kebijakan perdagangan bilateral dan strategi diversifikasi ekspor Indonesia ke berbagai negara,” ujar Syafruddin.

Senada dengan itu, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menyampaikan bahwa saat ini pemerintah tengah berupaya memperluas pasar ekspor ke kawasan Eropa dan Australia. 

Indonesia juga telah menjalin komunikasi diplomatik dengan pemerintah Australia dan kawasan Eurasia untuk memperkuat kerja sama perdagangan.

Selanjutnya: Morinaga Ajak Orang Tua Pahami Dampak Pilihan Kecil bagi Masa Depan Anak

Menarik Dibaca: Morinaga Ajak Orang Tua Pahami Dampak Pilihan Kecil bagi Masa Depan Anak

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×