Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) menyatakan, stabilitas sistem keuangan Indonesia masih terjaga hingga Juni 2022 di tengah perekonomian global yang meningkat.
Hal tersebut berdasarkan hasil rapat koordinasi di kuartal II-2022 yang sudah dilakukan oleh KSSK yang terdiri dari Kementerian Keuangan, Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan, dan Lembaga Penjamin Simpanan.
"Stabilitas sistem keuangan atau sering disingkat SSK berada dalam kondisi yang masih terjaga di tengah tekanan perekonomian global yang meningkat sebagai akibat berlanjutnya perang di Ukraina dan tekanan inflasi global serta respons kebijakan moneter global yang lebih agresif," ujar Menteri Keuangan Sri Mulyani sekaligus Ketua KSSK dalam konferensi pers, Senin (1/8).
Sri Mulyani mengungkapkan, daya tahan sistem stabilitas keuangan pada kuartal II-2022 akan menjadi pijakan bagi KSSK untuk tetap optimis, namun juga terus mewaspadai berbagai tantangan dan risiko yang sedang dan akan terus terjadi.
Lebih lanjut, Sri Mulyani mengatakan isu-isu yang menjadi perhatian dari KSSK, yaitu terkait pertumbuhan ekonomi global yang diperkirakan lebih rendah dari proyeksi sebelumnya, serta meningkatnya risiko stagflasi dan ketidakpastian pasar keuangan global.
Baca Juga: BI Pertahankan Suku Bunga Acuan Saat The Fed Agresif, Ekonom: Kebijakan Berani
"Ini menjadi perhatian dari KSSK, tekanan inflasi global terus meningkat seiring dengan tingginya harga komoditas akibat berlanjutnya gangguan rantai pasok yang diperparah oleh berlanjutnya perang di Ukraina," katanya.
Sementara itu, berbagai negara terutama Amerika Serikat (AS) telah merespon naik dan tingginya inflasi dengan menetapkan kebijakan moneter dan juga lebih agresif di dalam meningkatkan suku bunganya, sehingga menyebabkan pemulihan ekonomi di AS tertahan. Kondisi tersebut juga meningkatkan terjadinya fenomena stagflasi, yaitu inflasi tinggi yang dikombinasikan dengan kondisi perekonomian yang melemah.
Ketua KSSK tersebut menilai, pertumbuhan ekonomi di berbagai negara, termasuk AS, Eropa, Jepang, China dan India, diperkirakan akan lebih rendah dari proyeksi pertumbuhan ekonomi mereka yang diterbitkan sebelumnya. Hal tersebut disertai juga dengan semakin meningkatnya kekhawatiran terhadap terjadinya resesi di AS maupun di Eropa.
"Seperti diketahui Bank Dunia dan IMF telah merevisi ke bawah proyeksi pertumbuhan global untuk tahun 2022, yaitu dari 4,1% menjadi 2% yang dilakukan oleh Bank Dunia. Dan IMF dari 3,6% direvisi ke bawah menjadi 3,2%," ungkap Sri Mulyani.
Di sisi lain, Sri Mulyani mengatakan, ketidakpastian di pasar keuangan global akibat tingginya inflasi di negara maju dan pengetatan dari kebijakan moneter telah mengakibatkan aliran keluar modal asing khususnya investasi portofolio, sehingga hal ini menekan nilai tukar di berbagai negara berkembang.
Baca Juga: Komisioner OJK Baru Diyakini Bisa Bawa Perubahan Lewat Reformasi Struktural
Namun dirinya optimis, perbaikan perekonomian domestik pada kuartal II-2022 di Indonesia masih akan terus berlanjut pada kuartal berikutnya.
"Ini terutama dari perekonomian dalam negeri atau Indonesia, perbaikan dari perekonomiannya ditopang oleh meningkatnya konsumsi dan investasi serta kinerja ekspor," katanya.
Sebagai penutup, Sri Mulyani menyampaikan, KSSK akan terus mencermati perkembangan terkait pengembangan risiko yang berasal dari sisi global maupun yang berasal dari domestik. Adapun KSSK sendiri akan mengadakan pertemuan kembali pada bulan Oktober mendatang pada kuartal III-2022.
"Kami berempat akan terus melakukan langkah-langkah kebijakan yang terkoordinasi di dalam menjamin optimalisasi dan efektivitas kebijakan dan juga untuk menjaga stabilitas sistem keuangan untuk mendukung pemulihan ekonomi Indonesia," tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News