Reporter: Amalia Nur Fitri | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ketua Dewan Komisioner OJK Periode 2012-2017 Muliaman D Hadad mengungkapkan bahwa krisis geopolitik internasional berpotensi memberikan efek pada perekonomian dalam negeri secara langsung maupun tidak langsung.
Dalam acara penganugerahan Strategy-into-Performance Execution Excellence (SPEx2®) DX Award, Muliaman menjabarkan bahwa efek krisis politik atau geopolitik di dunia internasional akan bertambah buruk dengan adanya El Nino yang mengancam ketersediaan pangan.
"Pasca kisruh geopolitik perang Ukraina dan Rusia, kita sudah lalui kondisi suply chain yang buruk, ini akan berdampak pula pada ketersediaan pangan, energi, dan sebagainya. Kita akan memasuki periode yang tidak semudah sebelumnya dalam memanfaatkan likuiditas," paparnya, Kamis (6/7).
Ia memberikan contoh, konflik geopolitik juga tajam melanda Eropa pasca Perang Ukraina dan Rusia. Di Swiss dan Perancis, terjadi kerusuhan sosial yang cukup besar.
Baca Juga: Mengantisipasi Dampak Pemanasan Global, Pemerintah dan Industri Harus Bekerjasama
Ia mengatakan, kondisi geopolitik memiliki dampak signifikan dalam kelangsungan arus barang dan jasa internasional. Selain menyebabkan distorsi ketersediaan pangan, hal tersebut juga berpengaruh terhadap arus investasi yang masuk ke Indonesia.
Dalam kondisi krisis geopolitik, potensi kehilangan investasi ini terancam terganggu dengan adanya sanksi, hingga larangan ekspor. Dalam langkah panjangnya, disrupsi dari krisis geopolitik juga mengancam kepercayaan konsumen (consumen confidence). Menurut dia, kepercayaan konsumen sangat penting dijaga bagi Indonesia yang sedang mengedepankan industri pariwisatanya.
Namun demikian, Muliaman juga melihat penilaian Bank Dunia dan International Monetary Fund (IMF) yang mengelompokkan Indonesia kembali dalam jajaran negara berpenghasilan menengah atas atau upper middle income country, dalam kategorisasi terbaru yang mereka keluarkan Juli ini.
Penilaian tersebut, diharapkan dapat memberikan sentimen positif bagi Indonesia.
"Ini masih di pertengahan tahun, dampaknya masih bisa kita lihat. Semoga kita juga bisa mempertahankan proyeksi IMF bahwa pertumbuhan ekonomi bisa mencapai sekitar 5%. Masuknya Indonesia dalam kategori upper middle income country. Mudah-mudahan bisa memberikan sentimen positif," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News