kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Korupsi masih menjadi sandungan utama daya saing Indonesia


Kamis, 08 September 2011 / 18:27 WIB
Korupsi masih menjadi sandungan utama daya saing Indonesia
ILUSTRASI. Warga menggunakan payung saat hujan turun di Kawasan Jalan Jendral Sudirman, Jakarta Pusat, Senin (26/10/2020).


Reporter: Yudho Winarto |

JAKARTA. Ketua Unit Kerja Presiden bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP4) Kuntoro Mangkusubroto menegaskan jika korupsi tidak segera diselesaikan maka kemampuan Indonesia untuk meningkatkan daya saing akan sulit tercapai.

Menurutnya, salah satu yang mengundang timbulnya korupsi lantaran permasalahan birokrasi yang rumit. "Artinya kian rumit birokrasi semakin mengundang terjadinya unsur korupsi," katanya di kantor Presiden, Kamis (8/9).

Dirinya berpendapat, pemerintah harus segera me-review kembali prosedur birokrasi yang bertele-tele demi mengurangi potensi korupsi.

Sementara itu, Menteri koordinator Perekonomian Hatta Rajasa menjelaskan salah satu efek dari birokrasi yang rumit yakni munculnya pungutan-pungutan liar kepada para investor. Faktor inilah yang kemudian membuat iklim investasi Indonesia menjadi negatif.

"Pengusaha-pengusaha itu pasti memberikan laporan, masih ada biaya-biaya yang tidak keruan. Memang membuat kita menjadi buruk," katanya.

Sebelumnya, peringkat daya saing Indonesia mengalami penurunan dari 44 pada 2010 menjadi 46 tahun dari 142 negara. Hal ini tercantum dalam The Global Competitiveness Report 2011-2012 yang dikeluarkan World Economic Forum (WEF).

WEF mencatat, penurunan peringkat Indonesia tahun ini terutama akibat kualitas fasilitas pelabuhan yang mengkhawatirkan dan masih tanpa perkembangan. Penyebab berikutnya, pasokan listrik yang masih seret.

Kemudian, kinerja lembaga publik yang memburuk. Termasuk di sini masalah korupsi dan suap yang menurut WEF dan para investor global sebagai faktor paling problematis dalam memulai usaha di tanah air.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×