Reporter: Bidara Pink | Editor: Noverius Laoli
Peneliti Senior Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf Rendy memperkirakan, pertumbuhan konsumsi pemerintah di kuartal kedua tahun ini hanya sekitar 4% yoy. Tapi, jauh lebih baik dibanding triwulan sebelumnya yang minus. Sebab, belanja pemerintah daerah belum optimal.
Kemenkeu mencatat, realisasi belanja Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) hingga akhir April 2021 hanya Rp 143,89 triliun, turun 8,4% yoy. Angka ini baru 12,7% dari outlook belanja daerah di akhir tahun 2021 yang mencapai Rp 1.134,16 triliun.
Padahal, dana mengendap di perbankan daerah cukup tinggi, mencapai Rp 194,54 triliun per akhir April dan cenderung naik sejak awal 2021. Kondisi ini mengindikasikan, pendapatan daerah belum digunakan secara optimal.
Baca Juga: Aprindo sebut hipermarket masih miliki prospek positif untuk ke depannya
Tentu, peningkatan belanja pemerintah pusat berpotensi mendorong konsumsi pemerintah. "Tetapi, seberapa besar kemudian peningkatan konsumsi pemerintah juga akan dipengaruhi oleh bagaimana realisasi APBD. Sayangnya, belanja di APBD relatif rendah," ungkap Yusuf.
Untuk keseluruhan tahun ini, Yusuf memprediksikan, pertumbuhan ekonomi akan berada di kisaran 3% hingga 4%. Namun, bila terjadi peningkatan kasus Covid-19, maka pertumbuhan ekonomi bisa lebih rendah.
Selanjutnya: Anggaran besar Biden dengan prospek pertumbuhan sederhana untuk negara yang menua
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News