kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.499.000   -40.000   -2,60%
  • USD/IDR 15.935   -60,00   -0,38%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

Konsumsi pemerintah jadi motor penggerak ekonomi Indonesia pada kuartal II 2021


Sabtu, 29 Mei 2021 / 06:40 WIB
Konsumsi pemerintah jadi motor penggerak ekonomi Indonesia pada kuartal II 2021
ILUSTRASI. Konsumsi pemerintah jadi motor penggerak ekonomi Indonesia pada kuartal II 2021


Reporter: Bidara Pink | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Pemerintah masih optimistis ekonomi Indonesia selama kuartal kedua tahun ini bisa tumbuh hingga 7%. Konsumsi pemerintah akan menjadi salah satu andalan penggerak pertumbuhan ekonomi.

Optimisme pemerintah tersebut didukung kinerja belanja negara yang moncer, meski penerimaan masih seret. Catatan Kementerian Keuangan (Kemenkeu), realisasi belanja negara per akhir April 2021 mencapai Rp 723 triliun, naik 15,9% year on year (yoy).

Angka pertumbuhan ini jelas jauh lebih baik dibanding realisasi akhir April 2020 yang terkontraksi 1,4% yoy.

Realisasi belanja negara yang tinggi itu ditopang belanja pemerintah pusat sebesar Rp 489,8 triliun, tumbuh 28,1% yoy. Sayangnya, realisasi anggaran transfer ke daerah dan dana desa hanya Rp 233,2 triliun, turun 3,4% yoy.

Baca Juga: Wapres harap road map perbankan syariah 2020-2025 jadi arah ke depan

Belanja negara yang tinggi jadi kabar baik. Apalagi, pendorong belanja pemerintah ialah belanja esensial, seperti penanganan Covid-19, vaksinasi, dan proyek strategis nasional terutama infrastruktur, logistik, dan konektivitas untuk mempercepat reformasi struktural ekonomi.

Hal ini tercermin dari realisasi belanja barang per April 2021 yang melesat 87,13% yoy. Bahkan, realisasi belanja modal tumbuh lebih dari dua kali lipat, mencapai 132,35%.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati pun optimistis, konsumsi pemerintah akan meningkat signifikan pada kuartal II 2021, yaitu sekitar 8,1% hingga 9,7% yoy.

Angka ini jauh lebih tinggi dibanding konsumsi pemerintah pada kuartal II-2020 yang terkontraksi 6,9% yoy. Bahkan, angka itu melampaui capaian pertumbuhan konsumsi pemerintah pada kuartal kedua 2018 dan 2019 yang masing-masing tercatat sebesar 5,22% dan 8,23% yoy.

Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman juga yakin, konsumsi pemerintah pada kuartal II-2021 bisa tumbuh tinggi, bahkan di 9%-10%. Sebab, konsumsi pemerintah di periode sama 2020 rendah.

Baca Juga: Ekonom Bank Mandiri optimistis konsumsi pemerintah tumbuh hingga 10% di kuartal kedua

Menurut Faisal, kesuksesan menangani pandemi dari sisi kesehatan dan sosial juga menjadi kunci belanja pemerintah bisa tumbuh signifikan, dapat memberikan efek ganda yang optimal, sehingga mampu mendorong pertumbuhan ekonomi lebih cepat.

Daerah menghambat 

Peneliti Senior Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf Rendy memperkirakan, pertumbuhan konsumsi pemerintah di kuartal kedua tahun ini hanya sekitar 4% yoy. Tapi, jauh lebih baik dibanding triwulan sebelumnya yang minus. Sebab, belanja pemerintah daerah belum optimal.

Kemenkeu mencatat, realisasi belanja Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) hingga akhir April 2021 hanya Rp 143,89 triliun, turun 8,4% yoy. Angka ini baru 12,7% dari outlook belanja daerah di akhir tahun 2021 yang mencapai Rp 1.134,16 triliun.

Padahal, dana mengendap di perbankan daerah cukup tinggi, mencapai Rp 194,54 triliun per akhir April dan cenderung naik sejak awal 2021. Kondisi ini mengindikasikan, pendapatan daerah belum digunakan secara optimal.

Baca Juga: Aprindo sebut hipermarket masih miliki prospek positif untuk ke depannya

Tentu, peningkatan belanja pemerintah pusat berpotensi mendorong konsumsi pemerintah. "Tetapi, seberapa besar kemudian peningkatan konsumsi pemerintah juga akan dipengaruhi oleh bagaimana realisasi APBD. Sayangnya, belanja di APBD relatif rendah," ungkap Yusuf.

Untuk keseluruhan tahun ini, Yusuf memprediksikan, pertumbuhan ekonomi akan berada di kisaran 3% hingga 4%. Namun, bila terjadi peningkatan kasus Covid-19, maka pertumbuhan ekonomi bisa lebih rendah.

Selanjutnya: Anggaran besar Biden dengan prospek pertumbuhan sederhana untuk negara yang menua

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

[X]
×