Sumber: Kompas.com | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Golkar masih punya peluang islah. Itulah kesan yang muncul dalam persidangan ketiga Mahkamah Partai untuk menyelesaikan perselisihan kepengurusan di internal Golkar.
Kekhawatiran akan timbulnya suasana tidak kondusif saat digelarnya persidangan tidak terjadi. Selain karena sigapnya aparat kepolisian dari Polres Metro Jakarta Barat dan Polda Metro Jaya, dua kubu yang berseteru juga memiliki itikad baik untuk mengikuti sidang dengan tertib agar masalah di internal partai tidak terus berlarut.
Pada hari itu, ada 697 personel kepolisian yang diterjunkan untuk mengamankan tiga ring di dalam dan di luar Kantor DPP Partai Golkar, Slipi, Jakarta Barat. Kepolisian mewaspadai timbulnya bentrokan fisik seperti yang pernah terjadi dan melibatkan dua kelompok yang mengklaim sebagai organisasi sayap Partai Golkar saat digelarnya rapat pleno penyelenggaraan Musyawarah Nasional IX Partai Golkar pada 25 November 2014 lalu.
"Saya sangat senang sekali. Saya kira akan terjadi pertempuran yang ramai, tapi ternyata santun. Sedikit ramai tidak apa-apa, tapi kita bisa berbuat yang lebih baik," kata Ketua Majelis Mahkamah Partai, Muladi, sebelum menutup sidang, Rabu (25/2).
Muladi menyatakan bahwa Mahkamah Partai akan menyampaikan putusan terkait konflik Golkar pada pekan depan. Alasannya karena diperlukan waktu yang cukup untuk memeriksa dan mempelajari materi persidangan.
Sepanjang persidangan, suasana kondusif bisa terjaga. Beberapa kali kedua kubu saling memberikan pernyataan keras, tapi setelah itu senyum kembali terlihat, bahkan tawa pun beberapa kali pecah di tengah persidangan. Misalnya saat kubu Aburizal menghadirkan Ketua Harian DPD Golkar Kabupaten Pasaman Barat, Sumatera Barat, Daliyus K, sebagai saksi persidangan. Daliyus adalah kader Golkar yang hadir di dua Munas Golkar yang digelar kubu Aburizal Bakrie di Bali dan kubu Agung Laksono di Jakarta.
Setelah menghadiri Munas Bali, Daliyus mengaku dihubungi seseorang yang menjanjikannya sejumlah uang untuk hadir di Munas IX Jakarta. Ia pun memutuskan hadir saat kubu Agung menggelar Munas IX di Jakarta karena tergiur iming-iming dan tanpa melaporkannya pada Sekretaris DPD Golkar Kabupaten Pasaman Barat.
"Saya datang di Bali dan Ancol. Karena di Ancol kalau hadir ada iming-iming sekian-sekian," kata Daliyus.
Wakil Ketua Umum Partai Golkar hasil Munas IX Bali, Nurdin Halid, meminta majelis Mahkamah Partai mendalami pernyataan Daliyus. "Mohon diperjelas, didalami pernyataan saudara saksi. Siapa yang menjanjikan dan berapa jumlahnya," ucap Nurdin.
Menjawab itu, Daliyus berinisiatif menjawabnya. "Saya kira itu terlalu dalam. Tidak perlu disebutkan nominalnya. Karena kita kan bersaudara ya," jawab Daliyus.
Kesaksian Daliyus mengundang tawa dari kedua kubu yang berperkara dan kader Golkar yang menghadiri sidang. Ketua Majelis Mahkamah Partai, Muladi, menganggap kehadiran Daliyus sebagai saksi yang mampu menyegarkan suasana.
Kedua kubu harus komunikasi
Sadar dengan suasana yang mendukung, anggota Majelis Mahkamah Partai Golkar Andi Mattalatta menyarankan agar kubu Aburizal Bakrie dan kubu Agung Laksono untuk tetap mengupayakan islah. Menurut Andi, sementara Mahkamah Partai melakukan verifikasi terkait keterangan para saksi, diharapakan kedua kubu dapat melakukan komunikasi yang mengarah pada penyelesaian secara musyawarah.
"Karena ini perselisihan internal, apabila nanti tiba-tiba ada yang mendapat ilham dalam rangka solidaritas, apapun kesepakatannya, tidak ada salahnya dipertimbangkan untuk islah," ujar Andi.
Usai persidangan, Wakil Ketua Umum Partai Golkar hasil Munas IX Jakarta Yorris Raweyai berpelukan dengan Sekjen Partai Golkar hasil Munas IX Bali Idrus Marham. Keduanya berpelukan dengan wajah semringah, layaknya seorang sahabat yang melepas rindu.
Yorris mengatakan, komunikasi untuk mengupayakan islah selalu dilakukan antara kubu Agung dengan kubu Aburizal. Ia menyebut kedua kubu sudah memiliki banyak kesamaan untuk kembali bersatu demi kebesaran Golkar.
"Usaha islah jalan terus, tidak menutup kemungkinan kalau selama proses ini mediasi dibuka ruang karena ini proses internal. Yang penting Golkar yang harus menang," ungkap Yorris.
Sementara itu, Idrus membenarkan pernyataan Yorris mengenai masih adanya komunikasi kedua kubu untuk mengupayakan islah. Ia menyatakan peluang islah belum tertutup penuh dan semua kemungkinan masih bisa terjadi.
Terkait jalannya persidangan, Idrus memberikan apresiasi pada majelis Mahkamah Partai yang menjalankan tugasnya dengan baik. Apapun putusan yang diambil Mahkamah Partai, kata Idrus, hal itu dapat diterima selama obyektif dan kubu yang menang mengakomodir kubu yang kalah.
"Apapun putusannya pasti diterima selama yang menang mengakomodir yang kalah dan yang kalah mengakui yang menang," kata Idrus. (Indra Akuntono)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News