Reporter: Sinar Putri S.Utami | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) meyakini perusahaan-perusahaan BUMN yang memiliki utang masih bisa melunasi utang-utangnya. Sebab, saat ini kondisi keuangan BUMN tersebut masih terbilang aman.
Hal tersebut bisa dibandingkan dengan rata-rata industri mengacu pada data Bursa Efek Indonesia (BEI), bahwa debt to equity ratio (DER) BUMN masing-masing sektor masih berada di bawah rata-rata debt to equity industri.
Misalnya sektor transportasi, rasio DER BUMN sebesar 1,59 kali, sementara rata-rata industri berada mencapai 1,96 kali. Di sektor energi, DER BUMN di sektor ini sebesar 0,71 kali, sementara rata-rata industri 1,12 kali. Pun DER BUMN disektor telelomunikasi tercatat 0,77 kali, sementara industri sebesar 1,29 kali.
Namun DER BUMN perbankan sedikit di atas industri yaitu sekitar 6 kali. Adapun DER rata-rata industri perbankan sebesar 5,66 kali. Begitu pun dengan sektor properti dan konstruksi, DER BUMN sektor ini mencapai 2,9 kali, sedangkan rata-rata industri sekitar 1,03 kali. "Hal tersebut menggambarkan peningkatan ekspansi dalam pembangunan infrastruktur di dalam negeri," tegas Aloy.
Untuk itu Kementerian BUMN pun terus mendorong BUMN untuk selalu berinovasi dalam mencari pendanaan, dengan tidak terpaku pada pendanaan konvensional yang bersifat hutang, seperti utang perbankan.
"Namun juga yang sifatnya quasi ekuitas, sehingga selain mendapatkan dana segar sekaligus dapat memperkuat struktur permodalan dan neraca BUMN," kata Deputi Bidang Restrukturisasi dan Pengembangan Bisnis Kementerian BUMN Aloysius Kiik Ro saat ditemui di kantornya, Selasa (4/12).
Disamping itu, beberapa BUMN telah melantai di bursa efek menjadi perusahaan terbuka dan diantaranya melakukan penerbitan surat utang melalui pasar modal dalam bentuk instrumen medium term notes (MTN), obligasi domestik, maupun global bond.
Sehingga BUMN-BUMN tersebut turut dituntut menjaga kondisi keuangan, tidak hanya oleh Kementerian BUMN sebagai ultimate shareholder, namun juga oleh pemegang saham publik dan pemegang obligasi BUMN.
Kata Aloysisus, berbagai alternatif pendanaan pun telah dilakukan BUMN seperti diantaranya Komodo Bonds, sekuritisasi aset, project bonds, perpetual bonds, hingga reksadana penyertaan terbatas (RDPT). "Ke depannya masih akan dikembangkan berbagai inovasi-inovasi pendanaan lainnya seperti KIK DINFRA dan masih banyak lainnya," katanya.
Ia menambahkan, pihaknya akan memberikan data pendukung untuk restrukturisasi utang perusahaan BUMN. "Data pendukung kami sudah siap masing masing BUMN," tambah dia.
Data tersebut nantinya akan berisi rencana-rencana untuk melunasi. Tapi tidak langsung melunasi dalam setahun, tapi bertahap misal lima tahun. "Tidak 5 tahun langsung nol. ini kan jalan terus. Bagi kami yang penting meyakinkan EBITDA-nya mengkaver. Di luar itu coverage-nya berapa? Kalau di bawah 4 berarti aman dan rata rata di bawah 4," imbuh Aloysius.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News