kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45931,36   3,72   0.40%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kondisi CAD akhir tahun cukup mengkhawatirkan, apa penyebabnya?


Rabu, 19 Desember 2018 / 22:59 WIB
Kondisi CAD akhir tahun cukup mengkhawatirkan, apa penyebabnya?
ILUSTRASI. Suasana bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok


Reporter: Grace Olivia | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Defisit neraca dagang yang kian dalam pada November lalu, yakni mencapai US$ 2,05 miliar bakal berimbas pada neraca transaksi berjalan Indonesia.

Defisit transaksi berjalan (CAD) pun diproyeksi akan makin melebar. Padahal pemerintah sempat meyakini, CAD bisa terkendali dan berada di bawah level 3% dari produk domestik bruto (PDB).

Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih mengatakan, kondisi neraca dagang saat ini memang mengkhawatirkan. Defisit dagang yang makin besar tersebut akan berdampak pada transaksi barang dalam neraca transaksi berjalan.

"Ini mengkhawatirkan karena biasanya transaksi barang itu yang mencetak surplus, sementara transaksi lainnya defisit. Sekarang, neraca barang pasti defisit," ujar Lana kepada Kontan.co.id, Rabu (19/12).

Sejak kuartal-III 2018, transaksi barang dalam neraca transaksi berjalan mencatat defisit sebesar US$ 398 juta. Tak heran, transaksi berjalan secara keseluruhan mencatat defisit hingga US$8,8 miliar atau 3,37% dari PDB.

Lana mengaku belum sempat menghitung ulang secara rinci, namun melihat kondisinya, ia memproyeksi CAD secara keseluruhan untuk tahun 2018 tak mungkin lagi bertengger di bawah level 3% dari PDB. "Perkiraan saya, CAD untuk kuartal-IV akan berkisar 3,2% sampai 3,3% dari PDB," tukas dia.

Belum lagi, tambahnya, neraca pendapatan primer akan semakin tergerus dengan besarnya pembayaran utang luar negeri maupun dividen yang biasanya melambung di pengujung tahun. Ini akan semakin memperburuk kondisi defisit transaksi berjalan di akhir tahun.

Potensi pelebaran CAD ini pun diproyeksi akan kembali menekan performa rupiah jelang pengumumannya nanti. Lantas, Lana menilai Bank Indonesia mesti gencar melakukan intervensi di tengah momentum penguatan kurs saat ini.

"Kalau rupiah bisa ditahan di level Rp 14.300-Rp 14.400 per dollar AS sampai akhir tahun, maka ruang pelemahan nanti bisa lebih lebar saat rupiah terkena sentimen negatif CAD," ujar Lana.

Oleh karena itu, pertahanan rupiah di tengah potensi sentimen negatif CAD ini bergantung pada langkah-langkah intervensi BI. Di antaranya, dengan memperbesar nilai transaksi swap atau memperdalam transaksi instrumen non- deliverable forward (NDF).

"Sebab investor tahu, ada rupiah rentan melemah dan hanya tinggal tunggu waktu. BI harus mengambil posisi lebih cepat," ujar Lana.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×