Reporter: Benedicta Prima | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ekonom Asian Development Bank, Eric Sugandi memprediksi suku bunga Bank Indonesia (BI) 7 Days Reverse Repo Rate (BI-7DRRR) tetp di level 6%.
Menurutnya kenaikan 25 basis poin (bps) dari 5,75% menjadi 6% di November 2018, sudah cukup mengantisipasi seandainya suku bunga acuan Amerika Serikat (Federal Funds Rate/ FFR) naik bulan ini. "Saya expect stay di 6% pada RDG bulan ini karena kemungkinan US FFR tidak naik bulan ini," ungkapnya saat dihubungi Kontan.co.id, Selasa (18/12).
Dia juga memprediksi awal semester tahun depan, suku bunga BI akan tetap 6%. Namun kondisi ini perlu melihat lagi apabila The Fed menaikan suku bunganya lagi dan rupiah kembali melemah secara signifikan.
"Jika inflasi terkendali dan rupiah relatif stabil atau menguat maka BI-7DRRR tidak perlu naik," ungkapnya. Eric mengatakan apabila BI terlalu banyak menaikkan suku bunga, malah pertumbuhan ekonomi bisa tertekan.
Hal serupa juga diungkapkan oleh Aldian Taloputra, Ekonom Standard Chartered. Dia memprediksi BI tidak akan menaikkan suku bunga. "BI untuk sementara mungkin akan wait and see untuk melihat perkembangan ekonomi global, terutama arah suku bunga The Fed dan juga untuk melihat transmisi kebijakan moneter yang sudah dilakukan sebelumnya," ungkap Aldian saat dihubungi Kontan.co.id, Selasa (18/12).
November lalu, BI menaikkan tingkat suku bunga BI-7DRRR untuk mengurangi defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD). Sebab CAD terus melebar, kuartal II-2018 CAD Rp 8 miliar, melebar di kuartal III-2018 Rp 8,8 miliar.
Sayangnya kondisi pelebaran CAD juga didukung pada defisit neraca dagang. Oktober lalu tercatat defisit US$ 1,82 miliar, melebar lagi November 2018 menjadi US$ 2,05 miliar. Pada November ini, defisit neraca dagang disebabkan turunnya kinerja impor baik secara bulanan maupun tahunan. Sedangkan impor terus mengalami peningkatan.
Melihat kondisi tersebut, Aldian mengatakan tantangan BI ke depan masih sama yaitu menjaga keseimbangan eksternal di tengah semakin ketat likuiditas global dan meningkatnya suku bunga global.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News