Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Anggota Komisi XI DPR RI Muhammad Kholid mendorong pemerintahan baru di Kabinet Merah Putih bisa menciptakan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas.
Kholid menilai, pertumbuhan ekonomi yang tinggi saja tidak akan cukup, namun juga harus berkualitas. Menurutnya, pertumbuhan yang berkualitas dapat dilihat dari beberapa indikator.
Pertama, pertumbuhan tersebut harus serta-merta menciptakan lapangan kerja yang lebih banyak. Kedua, harus berdampak terhadap penurunan tingkat ketimpangan. Ketiga, pertumbuhan ekonomi yang dapat mengurangi kemiskinan.
"Jadi, masyarakat merasakan langsung pertumbuhan itu, bukan sekedar angka statistik," ujar Kholid dikutip dari laman resmi fraksi.pks.id, Rabu (23/10).
Kholid juga memaparkan data-data yang menunjukkan rendahnya kualitas pertumbuhan ekonomi di Indonesia, yaitu turunnya tingkat penciptaan lapangan kerja, masih buruknya tingkat kesenjangan ekonomi, dan stagnasi penurunan kemiskinan.
Baca Juga: IMF Ramal Pertumbuhan Ekonomi RI Mentok 5,1%, Airlangga: Kita Belum Keluarkan Jurus
“Kalau kita lihat rasio komponen pertumbuhan ekonomi, misalnya investasi terhadap penyerapan tenaga kerja kita turun jika dibandingkan sepuluh tahun lalu”, ungkapnya.
Merujuk ke data Apindo di tahun 2022, setiap Rp 1 triliun investasi hanya bisa menyerap 1.379 tenaga kerja. Padahal di 2013, investasi sebesar Rp 1 triliun bisa menyerap sampai 4.594 tenaga kerja.
Khalid menambahkan, data Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Badan Pusat Statistik (BPS) juga menunjukkan bahwa 15 tahun terakhir, penciptaan lapangan kerja formal selama semakin menurun. Per Februari tahun ini, 59,17% dari 142,18 juta angkatan kerja bekerja di sektor informal. Itu setara 84,13 juta orang.
"Jadi, lebih banyak yang bekerja di sektor informal daripada formal,” jelasnya.
Kholid juga menilai bahwa kualitas pertumbuhan ekonomi juga belum berdampak ke penurunan ketimpangan dan kemiskinan. Mengutip studi Center of Economic and Law Studies (Celios) baru-baru ini, kekayaan 50 orang terkaya di Indonesia setara dengan kekayaan 50 juta orang Indonesia.
“Data BPS juga tunjukkan Rasio Gini kita lima tahun terakhir stagnan di angka 0,379-0,381. Di sisi lain, selama 10 tahun terakhir, kemiskinan hanya berkurang dari 11,25% pada tahun 2014 menjadi 9,36% di 2023. Jauh dari target pemerintah sebesar 6-7%,” sambung Kholid.
Tidak hanya itu, dirinya juga menyoroti peran penting pertumbuhan berkualitas terhadap visi pemerintahan baru, yaitu Indonesia Emas 2045. Di samping itu, menurutnya pemerintahan Prabowo-Gibran ke depan perlu bekerja ekstra untuk memimpin Indonesia menjadi negara maju.
Demi tercapainya Indonesia Emas 2045 dan supaya lepas dari middle income trap, maka target pertumbuhan ekonomi 8 persen harus berkualitas.
"Dengan rata-rata pertumbuhan sepuluh tahun terakhir yang sekitar 5 persen, butuh inovasi dan upaya ekstra untuk bisa sampai di tingkat itu,” pungkasnya.
Baca Juga: Menlu Sugiono dan Menlu Thailand Sepakat Tingkatkan Kerjasama Bilateral
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News