kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45906,29   2,96   0.33%
  • EMAS1.310.000 -0,23%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kisah dinasti politik Banten dan rezim Soeharto


Senin, 21 Oktober 2013 / 22:42 WIB
Kisah dinasti politik Banten dan rezim Soeharto


Reporter: Ferry Hidayat | Editor: Dikky Setiawan

JAKARTA. Dinasti politik yang dibangun Gubernur Banten, Ratu Atut Choisiyah dinilai sebagai kombinasi dari ekonomi rente dan politik yang didukung oleh premanisme.

"Dinasti Ratu Atut berdiri diatas struktur ekonomi politik dan premanisme yang dibangun ayahnya, Tubagus Chasan Sochib," ungkap Ali Nurdin, pengamat politik lokal dari Universitas Mathla'ul Anwar, Banten, Senin (21/10).

Menurut Ali, langgengnya dinasti politik Atut di Banten saat ini, adalah warisan langsung dari ayahnya yang pada masa Orde Baru merupakan orang kepercayaan mantan Presiden (alm) Soeharto untuk mengamankan Partai Golkar di Banten.

"Sejak tahun 1970-an Chasan Sochib banyak mendapatkan proyek-proyek konstruksi pemerintah terutama jalan dan bangunan," imbuh Ali.

Kejatuhan rezim Soeharto pada tahun 1998, lanjut Ali, yang kemudian disusul dengan terbentuknya Provinsi Banten pada tahun 2000, telah memberi kesempatan bagi Chasan untuk semakin menancapkan pengaruh politiknya di sana.

Ali juga memberikan bukti betapa kuatnya 'tuah’ Chasan Sochib di pentas politik di wilayah terbarat pulau Jawa ini.

"Menjelang pemilihan Gubernur Banten di tahun 2001, Chasan sesumbar, siapa saja boleh jadi gubernur, asal wakilnya anaknya sendiri (Ratu Atut)," papar Ali yang juga Direktur Strategy Consulting ini.

Padahal, lanjut Ali, ketika itu munculnya Atut dalam konstelasi politik Banten, banyak diragukan sejumlah kalangan. Sebab, minimnya pengalaman politik Atut serta alasan moral yang dinilai buruk oleh LSM Aliansi Martabat Perempuan Banten.

Namun, "tuah" sang ayah memang sakti. Terbukti, gencarnya perlawanan dari sejumlah kalangan, tak menghalangi Ratu Atut untuk maju menjadi Wakil Gubernur Banten di tahun 2002.

Pada 2002, Atut menjadi Wakil Gubernur mendampingi Djoko Munandar. Lalu, pada 2006, Djoko dipidana karena korupsi, Atut kemudian naik menjadi Gubernur. Di tahun 2007 dalam Pilkada langsung di Banten, Atut terpilih menjadi Gubernur. Pada 2012 Atut terpilih lagi sampai sekarang.

"Ya Chasan memang representasi dari local strongmen. Saking kuatnya pengaruh Chasan dalam kebijakan politik dan ekonomi di Banten, ia pernah dijuluki 'Gubernur Jenderal' yang mengendalikan Ratu Atut," tutur Ali.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×