kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.896.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.824   -45,00   -0,27%
  • IDX 6.456   87,33   1,37%
  • KOMPAS100 926   3,32   0,36%
  • LQ45 727   2,58   0,36%
  • ISSI 202   3,83   1,93%
  • IDX30 379   0,76   0,20%
  • IDXHIDIV20 461   2,91   0,64%
  • IDX80 105   0,36   0,34%
  • IDXV30 112   0,90   0,81%
  • IDXQ30 125   0,39   0,31%

Ketidakpastian Masih Tinggi, Penurunan Cadev Berpotensi Berlanjut Maret 2025


Minggu, 13 April 2025 / 19:55 WIB
Ketidakpastian Masih Tinggi, Penurunan Cadev Berpotensi Berlanjut Maret 2025
ILUSTRASI. Petugas merapihkan dan mencatat uang asing dolar Amerika Serikat (US$) di Pooling Center, Bank Mandiri, Jakarta. Sejumlah ekonom memproyeksikan cadangan devisa Indonesia masih akan melanjutkan tren penurunan hingga akhir Maret 2025 jika dibandingkan bulan sebelumnya. Hal ini seiring dengan masih tingginya ketidakpastian global. KONTAN/Cheppy A. Muchlis/08/07/2024


Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Putri Werdiningsih

KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Sejumlah ekonom memproyeksikan cadangan devisa Indonesia masih akan melanjutkan tren penurunan hingga akhir Maret 2025 jika dibandingkan bulan sebelumnya. Hal ini seiring dengan masih tingginya ketidakpastian global.

Per akhir Februari 2025, cadangan devisa Indonesia tercatat sebesar US$ 154,5 miliar, angka ini menurun dibandingkan posisi cadangan devisa pada akhir Januari US$ 156,1 miliar. 

Melihat hal ini, Global Market Economist Maybank Indonesia, Myrdal Gunarto memproyeksikan, cadangan devisa Indonesia kemungkinan turun ke level US$ 152,3 miliar pada akhir Maret 2025. 

"Karena tekanan di Maret besar, ada pemakaian untuk kebutuhan intervensi dan bayar utang luar negeri, dan bayar impor sebelum periode lebaran," ungkap Myrdal kepada Kontan, Minggu (13/4).

Baca Juga: Cadangan Devisa Turun Jadi US$ 154,5 Miliar Pada Februari 2025, Ini Sebabnya

Di sisi lain, penurunan cadangan devisa ini sejalan dengan nilai tukar mata uang rupiah yang masih melemah terhadap dolar Amerika Serikat. Meski demikian, menurutnya intervensi yang dilakukan Bank Indonesia saat ini dalam menjaga stabilitas nilai rupiah masih relatif smooth dan lebih efisien mengikuti perkembangan market

"BI sebisa mungkin membuat nilai tukar ruliah cenderung tidak mengalami penurunan atau depresiasi tajam," ungkapnya.

Myrdal menilai dengan kondisi perang dagang yang terjadi saat ini, pergerakan rupiah akan volatil. Ia memproyeksikan rupiah kemungkinan resisten kuat di level Rp 17.000 per dolar AS.

"Posisi dolar secara global juga masih fluktuatif, kadang melemah kadang menguat.  Dan seharusnya kalau BI menahan di Rp 17.000 masih kuat karena amunisi moneter melimpah," ungkapnya.

Baca Juga: Pemerintah Targetkan Cadangan Devisa US$ 189,47 Miliar pada 2029, Ini Kata Ekonom

Di sisi lain jika lihat dari capital outflow di sisi pasar saham, Myrdal menyebut dana keluar perharinya maksimal hanya sekitar US$ 250 jutaan, sehingga pergerakan rupiah masih cenderung terjaga. Sementara untuk pasar bond/obligasi Indonesia, dengan yield yang menarik, investor asing belum melakukan outflow besar-besaran, dan porsi asing di pasar bond juga sudah menurun jauh dibanding periode sebelum Covid-19.

Tidak jauh beda, Ekonom Universitas Paramadina Wijayanto Samirin juga menilai, tekanan terhadap cadangan devisa Indonesia akan semakin berat. Hal ini mengingat kinerja ekspor komoditas akan melemah dan arus devisa masuk dari Surat Berharga Negara (SBN) juga berkurang.

Menurut Wijayanto, pendorong kenaikan cadangan devisa beberapa bulan ini banyak dikontribusikan oleh dana asing yang terserap oleh frontloading SBN akhir tahun lalu, untuk mengantisipasi kesulitan cash pemerintah

"Kebijakan baru terkait DHE perlu segera dilaksanakan dengan baik, untuk mengantisipasi tren capital outflow," ungkap Wijayanto kepada Kontan, Minggu (13/4)

Agar tidak terjadi lebih banyak capital outflow, Wijayanto menyebut kebijakan intervensi Bank Indonesia untuk menjaga stabilitas kurs rupiah tentunya akan berefek terhadap cadangan devisa yang terjaga cukup signifikan. Sebaliknya jika intervensi tidak dilakukan, rupiah akan makin volatile, yang bisa mendorong lebih banyak capital outflow.

Sebagai informasi, Bank Indonesia mencatat total capital outflow atau modal asing keluar dari pasar saham dan keuangan Indonesia sebanyak Rp 24,04 triliun selama periode transaksi 8 - 10 April 2025. Dalam rinciannya, jual neto di pasar SRBI, SBN, dan saham masing-masing sebesar Rp10,47 triliun, Rp7,84 triliun dan Rp5,73 triliun.

Selanjutnya: Anggaran IKN Tidak Jadi Kena Blokir, Proyek Pembangunan Tetap Berjalan

Menarik Dibaca: Peringatan Dini BMKG Cuaca Besok 14-15 April, Siaga Hujan Sangat Lebat di Daerah Ini

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×