kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.929.000   -9.000   -0,46%
  • USD/IDR 16.295   -10,00   -0,06%
  • IDX 7.113   44,39   0,63%
  • KOMPAS100 1.038   7,95   0,77%
  • LQ45 802   5,08   0,64%
  • ISSI 229   1,99   0,87%
  • IDX30 417   1,49   0,36%
  • IDXHIDIV20 489   1,52   0,31%
  • IDX80 117   0,66   0,57%
  • IDXV30 119   -0,75   -0,63%
  • IDXQ30 135   0,08   0,06%

Ketahanan Fiskal APBN 2025 Diuji: Defisit Berpotensi Melebar dan Utang Jadi Beban


Selasa, 03 Juni 2025 / 18:20 WIB
Ketahanan Fiskal APBN 2025 Diuji: Defisit Berpotensi Melebar dan Utang Jadi Beban
ILUSTRASI. Sejumlah truk kontainer melintas di kawasan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Jumat (25/4/2025). Ketahanan fiskal Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025 tengah menghadapi tekanan serius.


Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Noverius Laoli

Bhima juga menilai bantuan subsidi upah yang tetap dilanjutkan pemerintah tidak akan cukup untuk menjaga daya beli, terutama karena nominal bantuan tergolong kecil dan tidak menjangkau pekerja informal.

“Bantuan subsidi upah saja jelas tidak cukup dalam meningkatkan daya beli kelompok menengah ke bawah, apalagi nominal terlalu kecil dan pekerja informal tidak ter-cover,” pungkasnya.

Dengan tekanan fiskal yang kian berat, penguatan strategi penerimaan negara dan penajaman prioritas belanja menjadi langkah mendesak yang harus ditempuh pemerintah agar APBN tetap mampu menjadi instrumen efektif dalam menjaga pertumbuhan dan melindungi masyarakat.

Baca Juga: Walau APBN Defisit Rp 104,2 Triliun, Keseimbangan Primer Masih Surplus

Sebagai informasi, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) hingga April 2025 mencatatkan surplus sebesar Rp 4,3 triliun. Namun meski begitu, para ekonom menilai angka surplus tersebut belum mencerminkan pemulihan ekonomi, mengingat capaiannya yang tergolong rendah jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.

"Surplus ini muncul karena belanja negara belum berjalan optimal, bukan karena penerimaan negara yang meningkat. Surplus sementara ini lebih mencerminkan ketidaksinkronan antara realisasi pendapatan dan belanja, bukan sinyal konsolidasi fiskal yang kuat," ungkap Kepala Center of Macroeconomics and Finance Institute for Development of Economics and Finance (Indef), M. Rizal Taufikurahman.

Lebih lanjut Rizal menilai dengan belanja negara yang cenderung menumpuk pada akhir semester I-2025 justru akan memperlebar gap fiskal apabila tidak diimbangi dengan akselerasi pendapatan.

Baca Juga: Sri Mulyani Sebut Defisit APBN Maret 2025 Capai 0,43% dari PDB

Menurutnya proyeksi realisasi APBN kedepan masih dibayangi oleh risiko tekanan defisit, terutama jika sistem administrasi perpajakan seperti Coretax belum mampu mengatasi kendala teknis yang ada.

Selanjutnya: Simak Rekomendasi Saham ADRO dan ADMR Usai Umumkan Pembagian Dividen

Menarik Dibaca: Rangkul Sinergi Masyarakat Adat untuk Jaga Hutan, GATC Gelar Three Basins Summit

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Banking Your Bank

[X]
×