Reporter: Benedicta Prima | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan di bulan Mei 2019 surplus US$ 207,6 juta. Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, surplus tersebut memberikan sinyal positif meskipun kondisinya tidak ideal. Sebab, untuk memperbaiki neraca perdagangan yang ideal perlu meningkatkan ekspor dan mengendalikan impor.
Sedangkan kondisi saat ini, menurut Suhariyanto, sulit bagi Indonesia untuk menggenjot ekspor karena perekonomian negara tujuan utama seperti Tiongkok dan Singapura mengalami pelemahan. Sehingga permintaan juga akan ikut melemah. Selain itu, harga komoditas juga cukup fluktuatif dan cenderung menurun.
"Saya bilang bagus karena surplus saja, meskipun tidak dalam posisi ideal," ujar Suhariyanto di kantornya, Senin (24/6).
Sedangkan saat ini ekspor maupun impor masih mengalami tekanan. Adapun nilai ekspor per Mei 2019 tercatat US$ 14,74 miliar atau turun 8,99% secara tahunan (yoy). Sedangkan nilai impor turun tajam hingga 17,71% yoy atau secara nominal US$ 14,53 miliar.
Melihat tantangan eksternal tersebut, apalagi Indonesia juga masih memilih permasalahan internal, Suhariyanto pesimistis surplus ini bisa terus berlanjut.
"Kalau ditanya ke depan belum stabil, kita masih perlu banyak melakukan upaya," ujar dia.
Menurutnya, untuk membuat ekspor terus menguat, Indonesia masih belum memperbaiki industri hilir dan struktur ekspor. Saat ini Indonesia masih tergantung pada komoditas mentah. Sehingga masih memerlukan jarak waktu untuk memperbaiki hal tersebut sebelum benar-benar kuat mendorong ekspor.
"Menggenjot ekspor tantangannya besar, paling mudah mengendalikan impor," imbuh dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News