kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.777   18,00   0,11%
  • IDX 7.480   0,54   0,01%
  • KOMPAS100 1.157   2,51   0,22%
  • LQ45 918   4,40   0,48%
  • ISSI 226   -0,78   -0,35%
  • IDX30 474   2,88   0,61%
  • IDXHIDIV20 571   3,56   0,63%
  • IDX80 132   0,52   0,39%
  • IDXV30 140   1,17   0,84%
  • IDXQ30 158   0,64   0,41%

BPS: Neraca dagang Mei 2019 surplus, ekspor tumbuh melesat capai 12,42%


Senin, 24 Juni 2019 / 18:35 WIB
BPS: Neraca dagang Mei 2019 surplus, ekspor tumbuh melesat capai 12,42%


Reporter: Benedicta Prima | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Neraca perdagangan Indonesia kembali mencatatkan surplus. Pada bulan Mei 2019 neraca perdagangan surplus meski tipis, yaitu US$ 207,6 juta. Berbeda dengan tren surplus pada sebelumnya, kali ini surplus dikarenakan ekspor yang melaju kencang sementara itu impor malah loyo. 

"Kalau kita bicara yang ideal, dengan memperhatikan kebijakan, untuk memperbaiki neraca perdagangan idealnya harus meningkatkan ekspor dan mengendalikan impor," ujar Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto di kantornya, Senin (24/6). 

BPS mencatat nilai ekspor Mei 2019 sebesar US$ 14,74 miliar, naik 12,42% secara bulanan (mom). Sedangkan impor malah mengalami penurunan 5,62% mom atau nilainya sebesar US$ 14,53 miliar.   

Secara bulanan, nilai ekspor tersebut didorong oleh kenaikan di semua sektor industri kecuali pertambangan. Nilai ekspor migas bahkan tercatat tumbuh cukup tinggi yaitu 50,19% mom atau senilai US$ 1,11 miliar. Kenaikan ini didorong oleh kenaikan nilai ekspor gas yang mencapai 99,4% meskipun minyak mentah dan hasil minyak masing-masing turun 54,8% dan 57%. 

Kemudian, nilai ekspor pertanian juga naik 25,19% atau senilai US$ 0,32 miliar. Terutama didorong oleh kenaikan ekspor sarang burung, kopi, tanaman hutan, aromatik dan rempah-rempah serta logam dasar mulia. 

Sedangkan industri pengolahan juga mengalami kenaikan ekspor 12,40% mom atau senilai US$ 11,16 miliar. Suhariyanto menjelaskan kenaikan ekspor di sektor industri pengolahan ini didorong oleh kenaikan nilai ekspor minyak kelapa sawit (CPO), pakaian jadi dan tekstil, besi baja dan logam mulia. 

Adapun, peningkatan terbesar ekspor nonmigas memang terjadi pada lemak dan minyak hewan/nabati yang naik 14,97% atau senilai US$ 187 juta. Adapun negara utama tujuan ekspor untuk lemak dan minyak hewan/nabati adalah Tiongkok, India dan Malaysia. "Komoditas yang terbesar itu adalah crude palm oil (CPO)," ujar Suhariyanto. 

Kemudian disusul oleh perhiasan/permata yang nilai kenaikannya mencapai US$ 129,6 juta dan bahan bakar mineral yang naik US$ 112 juta. Komoditas utama pada kenaikan bahan bakar mineral adalah batu bara. 

Kenaikan ekspor pada komoditas CPO dan batu bara disebabkan oleh kenaikan volume ekspor. Sebab, harga kedua komoditas utama ekspor tersebut justru mengalami penurunan. BPS mencatat selama Januari-Mei 2019 harga CPO turun 14,7% padahal volumenya meningkat 7,9%, sedangkan batu bara mengalami penurunan harga hingga 21,9%. 

Sehingga apabila dilihat secara akumulatif, selama Januari-Mei 2019, sebenarnya nilai ekspor bahan bakar mineral mengalami penurunan 4,59%  yoy serta nilai ekspor lemak dan minyak hewan/nabati juga turun 17,87% yoy.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×