kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.919   11,00   0,07%
  • IDX 7.194   53,44   0,75%
  • KOMPAS100 1.105   10,45   0,95%
  • LQ45 877   11,00   1,27%
  • ISSI 221   0,83   0,38%
  • IDX30 448   5,50   1,24%
  • IDXHIDIV20 540   5,09   0,95%
  • IDX80 127   1,35   1,07%
  • IDXV30 134   0,22   0,17%
  • IDXQ30 149   1,57   1,07%

Kenaikan Inflasi Disebut Berdampak Positif Bagi APBN, Ini Kata Ekonom


Senin, 18 Maret 2024 / 17:26 WIB
Kenaikan Inflasi Disebut Berdampak Positif Bagi APBN, Ini Kata Ekonom
ILUSTRASI. Pedagang bahan pokok melayani pembeli di Pasar Minggu, Jakarta, Rabu (6/3/2024). Kenaikan Inflasi Disebut Berdampak Positif Bagi APBN, Ini Kata Ekonom.


Reporter: Siti Masitoh | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Inflasi tahun 2024 ini diperkirakan melonjak dari target, akibat kenaikan harga pangan. Meski begitu, inflasi yang melonjak ternyata bisa berdampak positif bagi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

Ekonom Center of Reform on Economic (CORE) Yusuf Rendy Manilet mengatakan, naiknya inflasi akan berdampak positif terhadap penerimaan negara. Ini karena, inflasi yang meningkat akan mendorong kenaikan harga-harga.

Nah, saat terjadi perubahan harga maka selisih perubahan tersebut maka akan menambah penerimaan pajak. Sebab, semakin tinggi harga, maka pungutan pajak yang didapat akan semakin tinggi juga.

Baca Juga: Target Defisit RAPBN 2025 Melebar Hingga 2,8%, Utang Diprediksi Bakal Menjadi Andalan

“Misalnya (Pajak Pertambahan Nilai) PPN, tentu akan lebih tinggi pungutan PPN dari harga 10.000 dibandingkan dengan 9.500,” tutur Yusuf kepada Kontan, Senin (18/3).

Adapun jika melihat analisis sensitivitas APBN 2024 terhadap perubahan asumsi dasar ekonomi makro, setiap inflasi naik 0,1% maka akan menambah pendapatan negara Rp 1,7 triliun, dan menambah surplus Rp 1,6 triliun. Namun, naiknya inflasi juga akan menambah anggaran belanja negara Rp 100 miliar.

Adapun Kementerian Keuangan sendiri menargetkan, inflasi tahun ini sebesar 2,8%, lebih tinggi dari inflasi tahun 2023 yang sebesar 2,61%.

Meski demikian, Yusuf menyampaikan, fungsi APBN, tidak hanya sebatas sebagai fungsi memungut penerimaan negara dari masyarakat saja.

Baca Juga: Sri Mulyani: Meski Inflasi Bergerak Turun, Ekonomi Global Masih Lemah

APBN dalam hal ini kebijakan fiskal juga mempunyai fungsi untuk melakukan stabilisasi, karena ketika harga-harga meningkat, maka daya beli masyarakat berpotensi menurun.

“Sehingga dengan asumsi inflasi meningkat, maka penerimaan negara yang meningkat ini perlu ditransformasikan ulang terhadap upaya untuk menjaga daya beli masyarakat, misalnya dengan memberikan bantuan sosial,” ungkapnya.

Yusuf memperkirakan, inflasi tahun ini akan dipengaruhi oleh beberapa faktor selain kenaikan harga pangan. Menurutnya, kenaikan harga di sektor transportasi juga berpeluang menjadi faktor pendorong inflasi, terutama ketika Lebaran nanti.

Maka dari itu, kemampuan pemerintah dalam mengatur batas harga moda transportasi Lebaran itu juga penting dilakukan, karena akan ikut menentukan inflasi secara umum terutama dari pos transportasi.

Baca Juga: Ekonomi Global Masih Lemah, Meski Inflasi Bergerak Turun

Namun Ia memperkirakan inflasi tahun ini masih akan dalam target sasaran pemerintah yakni 2,5% plus minus 1%.

“Saya kira inflasi (2024) masih berada pada target inflasi pemerintah yaitu 2,5% plus minus 1%. Apalagi kalau melihat dari beberapa data di awal tahun sebenarnya untuk mencapai ke sana masih memungkinkan untuk terjadi,” ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×