Reporter: Bidara Pink | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Neraca perdagangan pada sepanjang tahun 2022 diperkirakan masih akan mencetak surplus secara akumulatif. Bahkan, Bank Central Asia (BCA) meyakini surplus neraca perdagangan ini meningkat dari surplus pada tahun 2021.
Kepala Ekonom BCA David Sumual memperkirakan, surplus neraca perdagangan sepanjang tahun ini mencapai US$ 40 miliar hingga US$ 50 miliar, atau lebih tinggi dari kondisi surplus sepanjang 2021 yang sebesar US$ 35,34 miliar.
“Hal ini seiring dengan peningkatan harga komoditas global yang kemudian mendorong kinerja ekspor,” terang David kepada Kontan.co.id, Selasa (14/6).
David memerinci, kinerja ekspor di sepanjang tahun ini masih akan tersundut peningkatan harga komoditas dunia. Terlebih, komoditas andalan Indonesai seperti batubara dan minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) meningkat signifikan.
Baca Juga: Ekonom Ini Perkirakan Surplus Neraca Perdagangan Mei Akan Lebih Rendah dari April
Di sisi lain, kinerja impor juga diperkirakan meningkat tajam, seiring dengan peningkatan permintaan masyarakat. Ini kemudian akan mendorong impor terutama impor bahan baku dan barang modal.
Sementara itu, kondisi global juga menyundut harga minyak. Mengingat Indonesia adalah net importir minyak, maka kenaikan impor juga diperkirakan disumbang oleh kenaikan harga minyak dunia ini.
“Namun, nantinya nilai ekspor akan masih lebih tinggi dari nilai impor meski sama-sama meningkat. Karena, peningkatan harga komoditas andalan ekspor Indonesia akan lebih tinggi daripada kenaikan harga minyak yang diimpor,” tandas David.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News