Reporter: Grace Olivia | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dalam rangka memproduksi aspal campuran karet, Kementerian Perindustrian (Kemperin) ditugaskan menyiapkan alat dan kelengkapan pengolahannya. Tahun ini, pemerintah kembali menggencarkan pencampuran karet dengan aspal untuk mendorong penyerapan produk karet domestik.
Direktur Jenderal Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka (IKTA) Kemperin Achmad Sigit Dwiwahjono mengatakan, pihaknya bakal menyiapkan peralatan untuk mengolah karet mentah menjadi bahan yang siap dicampurkan dengan aspal.
"Sedang kami siapkan. Ada tiga teknologi nantinya yaitu menggunakan latex, mastersbatch, dan teknologi SKAT (serbuk karet alam teraktivasi)," terang Sigit saat ditemui usai menghadiri rapat Koordinasi mengenai karet di Kementerian Koordinator Perekonomian, Senin (7/1).
Untuk tahap pertama, Sigit menyebut, implementasi teknologi aspal campuran karet ini akan berjalan di Sumatra Selatan, Jambi, Sumatra Utara, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Barat. Proyek percobaan (pilot project) penggunaan aspal karet yang dilakukan sebelumnya, menurut Sigit, telah membuktikan bahwa penggunaan aspal campuran ini bisa diterima kualitasnya
Berdasarkan hitungan Kemperin, penggunaan karet dalam aspal campuran diperkirakan bisa mencapai 7%-8% dari bahan baku aspal itu sendiri. Harapannya, penggunaan karet sebagai bahan campuran aspal dapat meningkatkan penyerapan penggunaan aspal dalam negeri sekaligus mendongkrak harga karet yang sedang lesu.
Tahun lalu, Sigit mengatakan, produksi karet alam domestik mencapai 3 juta ton. "Sementara serapan dari masyarakat kita hanya sekitar 600.000 ton," ujar Sigit.
Demi memenuhi mandat Presiden Joko Widodo yang menghendaki adanya kenaikan harga karet, proyek aspal campuran karet ini pun diharapkan bisa diterapkan secepat-cepatnya. "Ya, paling tidak di semester I ini sudah harus ada penerapan karena Presiden sudah janji untuk mengangkat harga karet kan," imbuh dia.
Mengutip Bloomberg, harga karet di Tokyo Commodity Exchange (Tocom) hari ini berada pada level 177,4 yen per kilogram (kg), menguat tipis 0,06% dari harga penutupan hari sebelumnya. Harga komoditas ini terus melandai sejak tahun lalu di mana harga masih berada pada level 205 yen per kg pada awal Januari 2018.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News