kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.943.000   -7.000   -0,36%
  • USD/IDR 16.340   46,00   0,28%
  • IDX 7.108   -48,06   -0,67%
  • KOMPAS100 1.036   -7,15   -0,69%
  • LQ45 793   -7,13   -0,89%
  • ISSI 231   -1,02   -0,44%
  • IDX30 412   -2,67   -0,64%
  • IDXHIDIV20 483   -2,57   -0,53%
  • IDX80 116   -0,87   -0,75%
  • IDXV30 119   -0,80   -0,67%
  • IDXQ30 133   -0,85   -0,64%

Kemenkeu Klaim Indonesia Makin Diperhitungkan di Global Value Chain


Rabu, 18 Juni 2025 / 17:24 WIB
Kemenkeu Klaim Indonesia Makin Diperhitungkan di Global Value Chain
ILUSTRASI. Operator mengangkat peti kemas menggunakan reach stacker di salah satu lapangan penumpukan peti kemas di Surabaya, Jawa Timur, Selasa (3/6/2025). Kemenkeu menegaskan bahwa posisi Indonesia dalam perekonomian global semakin strategis seiring keberhasilan kebijakan hilirisasi.


Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menegaskan bahwa posisi Indonesia dalam perekonomian global semakin strategis seiring keberhasilan kebijakan hilirisasi yang mendorong surplus neraca perdagangan dalam lima tahun terakhir.

Direktur Jenderal Strategi Ekonomi dan Fiskal, Febrio Nathan Kacaribu menjelaskan bahwa meski Indonesia dikenal sebagai negara yang tidak terlalu terbuka secara ekonomi, dengan rasio gabungan ekspor dan impor terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) sekitar 40%, namun Indonesia tetap berkontribusi besar dalam perdagangan dan investasi global.

Menurutnya, dalam satu dekade terakhir, Indonesia berhasil menembus rantai pasok global (global value chain) secara bertahap melalui kebijakan hilirisasi yang kini dilanjutkan oleh pemerintahan Presiden terpilih, Prabowo Subianto.

Baca Juga: BI Perpanjang Relaksasi Cicilan Kartu Kredit 5% Sampai Akhir 2025

"Tetapi increasingly dalam 10 tahun terakhir paling tidak, Indonesia berhasil masuk ke dalam global value chain secara bertahap dan secara gradual, sektor by sektor," ujar Febrio dalam acara CNBC Economic Outlook 2025, Rabu (18/6).

Ia mencontohkan yang paling jelas adalah dari sisi sektor nikel. Sejak Indonesia melarang ekspor mentah dan mulai membangun smelter di dalam negeri, nilai tambah langsung meningkat signifikan.

Baca Juga: Pemangkasan Anggaran Rp 300 Triliun Dorong Pertumbuhan Ekonomi Lebih Produktif

Ia menjelaskan bahwa sebelum 2019, Indonesia kerap menghadapi defisit perdagangan yang berpengaruh negatif pada stabilitas makroekonomi, termasuk tekanan terhadap nilai tukar rupiah. Namun, hilirisasi telah mengubah arah tersebut.

"Mulai saat itulah kita mulai trade-nya surplus," katanya.

Selanjutnya: Mitra Pack (PTMP) Targetkan Kenaikan Pendapatan hingga 30% pada Tahun 2025

Menarik Dibaca: Rahasia Awet Muda, Ini 3 Makanan Terbaik untuk Mengurangi Kerutan Wajah

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Owe-some! Mitigasi Risiko SP2DK dan Pemeriksaan Pajak

[X]
×