Reporter: Handoyo | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Kerja sama perdagangan Kemitraan Trans-Pasifik atau Trans Pacific Partnership (TPP) diyakini akan memberikan dampak positif bagi Indonesia dalam jangka panjang.
Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan (Kemendag), Iman Pambagyo mengatakan, kajian TPP saat ini masih dalam tahap harmonisasi di Kemenko Ekonomi.
Meski belum final, namun Iman bilang bila dampak positif dari kebijakan ini tidak dapat dirasakan secara instan. "Investasi akan masuk duluan, tidak dapat dipungkiri sehingga mengakibatkan devisit yang cukup besar," kata Iman, pekan kemarin.
Setidaknya hingga periode waktu 15 tahun hingga 20 tahun setelah aturan ini berjalan Indonesia diprediksi akan mengalami defisit. Hal itu dikarenakan masuknya produk impor berupa barang-barang bahan baku dan barang modal, sebagai konsekuensi masuknya investasi.
Namun, setelah melewati masa itu, maka neraca perdagangan Indonesia dengan negara TPP akan kembali terpulihkan. Walhasil, prediksi perekonomian Indonesia menduduki nomor tujuh dunia dapat tercapai.
Yang menjadi perhatian pemerintah ialah kebijakan pada saat awal pelaksanaan kebijakan TPP ini. Dengan masuknya produk impor, langkah antisipasi dari pemerintah diperlukan.
Di sektor perdagangan barang, keikutsertaan TPP diperhitungkan akan memberikan dampak yang positif bagi Indonesia. Dalam studi yang dilakukan oleh Australia Indonesia Partnership for Economic Governance (AIPEG), TPP akan menciptakan peluang ekspor baru sebesar US$ 2,9 miliar bagi Indonesia.
Selain itu, TPP juga akan menyelamatkan pembayaran tarif sebesar US$ 1,3 miliar bagi eksportir Indonesia. Keikutsertaan TPP mengakibatkan diversifikasi pasar tujuan produk Indonesia menjadi bertambah.
Bergabungnya Indonesia dalam TPP diproyeksi bakal memberikan dampak positif terhadap impor bahan baku dan barang modal yang lebih murah. Diperkirakan peningkatan impornya dapat mencapai US$ 3,8 miliar. Walau demikian, neraca perdagangan tetap dapat bertahan diposisi surplus.
Bila Indonesia tidak bergabung dengan TPP maka diprediksi akan kehilangan potensi pasar ekspor baru sebesar US$ 2,9 miliar. Kerugian akibat pengalihan perdagangan atau ekspor ke negara anggota TPP mencapai US$ 306 juta. "Implikasi terhadap neraca perdagangan tidak besar," kata Senior Economist AIPEG Achmad Shauki.
Sekadar catatan, dari sepuluh negara tujuan ekspor utama Indonesia, lima diantaranya adalah negara-negara yang saat ini telah bergabung dengan TPP yakni Jepang, Singapura, Amerika Serikat, Malaysia dan Australia.
Dari total nilai perdagangan Indonesia, sebesar 40% dilakukan dengan negara-negara anggota TPP. Pada tahun 2014, nilai perdagangan Indonesia mengalami surplus sebesar US$ 3 miliar.
Produk yang di ekspor Indonesia ke negara anggota TPP utamanya adalah berbasis sumber daya alam. Sementara impornya barang modal, bahan baku dan barang konsumsi tahan lama (durables).
Adapun produk-produk yang diuntungkan bila Indonesia ikut TPP adalah tekstil dan alas kaki, makanan olahan, mesin, karet dan produk kimia. Sementara yang akan mengalami gangguan adalah industri-industri seperti di sektor besi dan baja dan plastik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News