Reporter: Handoyo | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Kajian terkait dengan ketertarikan Indonesia masuk dalam kerjasama perdagangan Kemitraan Trans-Pasifik atau Trans Pacific Partnership (TPP) masih dalam tahap harmonisasi di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian.
Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan (Kemdag) Iman Pambagyo mengatakan, sinkronisasi tersebut dilakukan agar kekurangan dalam masing-masing kajian dapat perbaiki. "Saat ini sedang dikumpulkan (kajian masing-masing chapter) di Menko. Yang kurang akan diperbaiki," kata Iman, Senin (8/8).
Bila ada kekurangan, maka kajian dari masing-masing chapter akan dikembalikan lagi. Menurut Iman, keputusan final keikutsertaan Indonesia dalam TPP baru akan dipresentasikan kepada Presiden dalam waktu dua hingga tiga bulan lagi.
Oleh karena itu, Iman bilang untuk saat ini pihaknya belum dapat memutuskan kajian TPP tersebut. Pasalnya, untuk menentukan keputusan perlu kajian yang menyeluruh. "Jangka pendek belum (bisa memutuskan kajian TPP)," ujar Iman.
Menteri Perdagangan, Enggartiasto Lukita mengatakan, pihaknya belum dapat mengambil keputusan saat ini. Keputusan final dari kajian TPP itu berada di bawah koordinasi Menko Perekonomian.
Di sektor perdagangan barang, keikutsertaan TPP diperhitungkan akan memberikan dampak yang positif bagi Indonesia. Dalam studi yang dilakukan oleh Australia Indonesia Partnership for Economic Governance (AIPEG), TPP akan menciptakan peluang ekspor baru sebesar US$ 2,9 miliar bagi Indonesia.
Selain itu, TPP juga akan menyelamatkan pembayaran tarif sebesar US$ 1,3 miliar bagi eksportir Indonesia. Keikutsertaan TPP mengakibatkan diversifikasi pasar tujuan produk Indonesia menjadi bertambah.
Bergabungnya Indonesia dalam TPP diproyeksi bakal memberikan dampak positif terhadap impor bahan baku dan barang modal yang lebih murah. Diperkirakan peningkatan impornya dapat mencapai US$ 3,8 miliar. Walau demikian, neraca perdagangan tetap dapat bertahan diposisi surplus.
Bila Indonesia tidak bergabung dengan TPP maka diprediksi akan kehilangan potensi pasar ekspor baru sebesar US$ 2,9 miliar. Kerugian akibat pengalihan perdagangan atau ekspor ke negara anggota TPP mencapai US$ 306 juta. "Implikasi terhadap neraca perdagangan tidak besar," kata Senior Economist AIPEG Achmad Shauki.
Sekadar catatan, dari sepuluh negara tujuan ekspor utama Indonesia, lima diantaranya adalah negara-negara yang saat ini telah bergabung dengan TPP yakni Jepang, Singapura, Amerika Serikat, Malaysia dan Australia.
Dari total nilai perdagangan Indonesia, sebesar 40% dilakukan dengan negara-negara anggota TPP. Pada tahun 2014, nilai perdagangan Indonesia mengalami surplus sebesar US$ 3 miliar. Produk yang di ekspor Indonesia ke negara anggota TPP utamanya adalah berbasis sumberdaya alam. Sementara impornya barang modal, bahan baku dan barang konsumsi tahan lama (durables).
Adapun produk-produk yang diuntungkan bila Indonesia ikut TPP adalah tekstil dan alas kaki, makanan olahan, mesin, karet dan produk kimia. Sementara yang akan mengalami gangguan adalah industri-industri seperti di sektor besi dan baja dan plastik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News