CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.470.000   4.000   0,27%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Kejahatan seksual di JIS bak sindikat perampok


Senin, 05 Mei 2014 / 09:46 WIB
Kejahatan seksual di JIS bak sindikat perampok
ILUSTRASI. Contoh desain teras rumah yang minimalis. Foto: Instagram @hinkleylighting


Sumber: Warta Kota | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Pelaku kejahatan seksual di sekolah Jakarta International School (JIS) Pondok Indah sudah menjadi sebuah jaringan atau komplotan yang mengakar di sekolah tersebut.

Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Rikwanto mengatakan, enam tersangka kejahatan seksual di JIS yang sudah ditahan pihaknya melakukan aksi kejahatan itu secara berkelompok setelah salah satu di antara mereka berhasil menyergap salah satu siswa.

"Koordinasi untuk melakukan perbuatannya mereka lakukan dengan saling telepon. Setiap aksinya mereka minimal tiga orang," ujar Rikwanto, Minggu (4/5/2014).

Rikwanto menjelaskan, ketika siswa sedang istirahat buang air di toilet, para petugas yang menjaga sedikitnya 12 orang di toilet itu akan menyergap salah satu siswa tanpa diketahui rekan siswa lainnya.

Parahnya, kata Rikwanto, ketika korban sudah dalam genggaman seorang atau dua pelaku, maka mereka akan menelepon pelaku lainnya untuk memberi tahu agar bersama-sama melakukan perbuatan kejahatan seksual itu kepada korban.

"Kadang kala, ketika salah satu pelaku sudah pegang seorang siswa TK, ia akan menelepon rekan lainnya dan memberitahukan kepada teman-temannya apakah mau dikerjain atau tidak. Lalu, mereka berkumpul di salah satu toilet melakukan aksinya. Tidak jarang tersangka perempuan selalu ikut serta," ujarnya.

Berbagi tugas

Setelah berkumpul, kata Rikwanto, para pelaku memasukkan bocah yang sudah dipegang ke dalam toilet. Mereka pun beraksi dengan berbagi tugas. Ada yang menjaga pintu, menjaga teman yang melakukan aksi, ada yang memegang korban, dan ada juga yang mengawasi situasi.

Ia menjelaskan, jika berhasil melakukan perbuatannya, maka anak yang menjadi korban itu akan diincar lagi di kemudian hari. "Karena dianggap tidak masalah, lalu mereka mengulangi kembali," ujar Rikwanto.

Ketua Komnas Perlindungan Anak Arist Merdeka Sirait menjelaskan, dari keterangan AK (6), siswa TK JIS korban kejahatan seksual para petugas kebersihan sekolah, korban dibuat tak berdaya dan hanya bisa menangis.

Dijelaskan Arits, kejahatan tersebut dilakukan berkelompok. Minimal waktu yang dibutuhkan 15 menit.

"Pelaku justru senang jika si anak menangis. Mereka ini tak ubahnya seperti sindikat perampok," ujar Arist.

Ia menambahkan, dari beberapa aksi sodomi terhadap para korban, ia menduga Afrisca tersangka perempuan yang mengorganisir. (Budi Sam Law Malau)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×