kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.908.000   -6.000   -0,31%
  • USD/IDR 16.313   10,00   0,06%
  • IDX 7.192   51,54   0,72%
  • KOMPAS100 1.027   0,61   0,06%
  • LQ45 779   -0,14   -0,02%
  • ISSI 237   2,91   1,24%
  • IDX30 402   -0,27   -0,07%
  • IDXHIDIV20 464   1,04   0,22%
  • IDX80 116   0,22   0,19%
  • IDXV30 118   1,12   0,95%
  • IDXQ30 128   -0,16   -0,12%

Kebijakan Tarif AS Berlaku 1 Agustus 2025, BI: Bikin Ekonomi Dunia Kacau


Rabu, 16 Juli 2025 / 15:02 WIB
Kebijakan Tarif AS Berlaku 1 Agustus 2025, BI: Bikin Ekonomi Dunia Kacau
ILUSTRASI. Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyampaikan ketidakpastian ekonomi global kembali meningkat pascapengumuman kenaikan tarif efektif resiprokal Amerika Serikat (AS)


Reporter: Siti Masitoh | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Bank Indonesia (BI) menyebut ketidakpastian ekonomi global kembali meningkat pascapengumuman kenaikan tarif efektif resiprokal Amerika Serikat (AS) ke beberapa negara maju dan berkembang.

Gubernur BI Perry Wajiyo mengungkapkan, kebijakan kenaikan tarif resiprokal AS yang direncanakan berlaku mulai 1 Agustus 2025 diperkirakan akan memperlemah prospek pertumbuhan ekonomi dunia, khususnya di negara maju.

“Pertumbuhan ekonomi di AS, Eropa, dan Jepang dalam tren menurun di tengah ditempuhnya kebijakan fiskal ekspansif dan pelonggaran kebijakan moneter di negara tersebut,” tutur Perry dalam konferensi  pers, Rabu (16/7).

Baca Juga: Bank Indonesia Pangkas Suku Bunga Acuan 25 Bps Jadi 5,25%

Kinerja ekonomi China juga diprakirakan belum kuat, di tengah berbagai strategi diversifikasi ekspor. Sementara itu, kinerja perekonomian India diprakirakan tetap baik didukung permintaan domestik.

Perry memperkirakan pertumbuhan ekonomi dunia 2025 masih belum kuat hanya sekitar 3,0%. Tekanan inflasi AS masih menurun sehingga mendorong tetap kuatnya ekspektasi arah penurunan Fed Funds Rate (FFR) ke depan.

Sementara itu, pergeseran aliran modal keluar dari AS ke Eropa dan negara berkembang, serta komoditas yang dianggap aman seperti emas, terus berlanjut sejalan dengan meningkatnya risiko ekonomi AS, termasuk risiko fiskal.

Perkembangan ini, lanjutnya, mendorong berlanjutnya pelemahan indeks mata uang dolar AS terhadap mata uang negara maju (DXY) dan negara berkembang (ADXY).

Ke depan, Perry menyebut, kewaspadaan serta respons dan koordinasi kebijakan yang lebih kuat diperlukan guna memitigasi ketidakpastian perekonomian dan pasar keuangan global yang masih tinggi, serta menjaga ketahanan eksternal, menjaga stabilitas, dan mendorong pertumbuhan ekonomi di dalam negeri.

Sebagai informasi, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengumumkan kesepakatan dagang dengan Indonesia pada Selasa (15/7). Di mana, berdasarkan perjanjian baru tersebut, AS akan mengenakan tarif 19% untuk barang-barang dari Indonesia.

Lebih lanjut Trump bilang, akan ada lebih banyak kesepakatan yang sedang digarap, seiring dengan persyaratan yang lebih baik dengan mitra dagang dan jalan menuju pengurangan defisit perdagangan AS yang sangat besar.

Baca Juga: Trump Turunkan Tarif Ke 19%, Ekonom: Saatnya BI-Rate Turun 25 bps Juli Ini

Selanjutnya: Soal Temuan Beras Oplosan, Menko Pangan Bilang Begini

Menarik Dibaca: Teknologi MediaTek Kini Hadir di Ponsel, Rumah, dan Mobil

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Driven Financial Analysis Executive Finance Mastery

[X]
×