kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kartel pangan, KPPU turunkan tim investigasi


Jumat, 12 Juli 2013 / 19:12 WIB
Kartel pangan, KPPU turunkan tim investigasi
ILUSTRASI. Bank BJB


Reporter: Arif Wicaksono | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) menduga ada indikasi praktek kartel di balik kenaikan harga beberapa komoditas pangan belakangan ini. Hal ini juga didukung laporan pemerintah, khususnya Kementerian Pertanian (Kemtan), bahwa stok atau produksi komoditas pangan sudah berlebih atau cukup.

KPPU sendiri mencatat, kenaikan harga beberapa bahan pangan telah mencapai di atas 5% dibandingkan harga pada Juni. Sebut saja harga cabai rawit yang naik 63%, bawang merah naik 49%, daging ayam ras naik 19,5%, dan telur ayam ras naik 9,32%. Sementara, harga daging sapi naik hingga 41%.

Wakil Ketua KPPU, Saidah Sakwan, mengatakan, kondisi ketersediaan dinyatakan cukup, sehingga amat tidak wajar jika harga pangan mengalami kenaikan hingga mencapai 63%. “Di tengah penjelasan pemerintah yang menyatakan bahwa ketersediaan komoditas pokok ini mencukupi, maka wajar jika kami mencurigai ada tindakan kartel di balik kenaikan harga ini,” ujarnya dalam siaran pers yang diterima Kontan, Jumat (12/7).

KPPU sendiri memastikan telah menurunkan tim peneliti dan investigasi dugaan kartel bahan pangan. Penurunan tim peneliti tersebut sudah sesuai dengan amanat pasal 35 jo 36 UU Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.

Menurut Saidah, KPPU kini sedang menyelidiki dugaan kartel dari kenaikan harga daging sapi yang pernah naik hingga  50% pada awal tahun ini. Ia menilai, kenaikan harga daging sapi yang tidak lebih rendah pada bulan puasa seperti sekarang turut pula menjadi bagian dari penyelidikan ini.

“Kami akan bertindak dan menjatuhkan sanksi jika dari hasil penyelidikan terbukti bahwa kenaikan harga ini terjadi karena perilaku kartel," jelas Saidah.



Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×