Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Presiden Jokowi Widodo menargetkan angka kemiskinan turun dalam kisaran 6,5% hingga 7,5% pada tahun 2024 yang akan datang. Hal itu disampaikan Jokowi dalam Pidato RAPBN 2024 di Senayan.
Merespons hal tersebut, Pengamat Ekonomi Indonesia Strategic and Economic Action Institution, Ronny P Sasmita, mengatakan, target tingkat kemiskinan tersebut terlalu ambisius.
Pasalnya, berdasarkan daya yang ada, persentase penduduk miskin pada Maret 2023 sebesar 9,36% atau menurun 0,21% terhadap September 2022 dan menurun 0,18% terhadap Maret 2022.
Baca Juga: Ini Pidato Lengkap Presiden Jokowi Soal RUU APBN 2024 dan Nota Keuangan
"Dari data ini jelas terlihat bahwa pemerintah paling banter bisa menggeser angka kemiskinan ke angka 8,5%," ujar Ronny kepada Kontan.co.id, Rabu (16/8).
Menurutnya, penurunan angka kemiskinan akan sangat bergantung pada pertumbuhan ekonomi. Sementara, pemerintah hanya menargetkan pertumbuhan pada tahun depan sebesar 5,2%.
Dengan begitu, kekuatan ekonomi Indonesia tidak akan mampu untuk menekan angka kemiskinan pada angka 6,5%.
"Lihat saja setahun belakangan dengan growth 5%, hanya mampu menekan nol koma. Jadi sangat sulit tercapai, meski anggaran bansos dan infrastruktur naik," katanya.
Baca Juga: Penyaluran Bantuan Pangan Beras Rampung 100%
Kendati begitu, Ronny memperkirakan pemerintah masih bisa untuk menekan angka kemiskinan ekstrem ke level nol atau nol koma.
"Saya kira masih mungkin, karena posisinya hari ini sudah di level 1,12% kan. Minimal masih bisalah ditekan sampai ke 0,4%-0,5%. Itu kan nol juga hitungannya," imbuh Ronny.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News