Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Cita-cita pemerintah untuk mewujudkan Indonesia sebagai pusat ekosistem mobil listrik akan segera terealisasi.
Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia menginformasikan bahwa aliran modal sebesar US$ 8,7 miliar akan masuk ke Indonesia hingga paruh pertama 2022.
Kata Bahlil nilai tersebut merupakan investasi komponen penunjang mobil listrik, baik dalam bentuk baterai cell, precursor, ketot, dan lain sebagainya hingga mobil listrik. Ternyata, Hyundai Motor Energy, KIA Corporasion, Hyundai Mobil, LG Energy Solution, serta perusahaan konsorsium Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Indonesia Battery Corporation (IBC) atau PT Industri Baterai Indonesia telah merealisasikan investasi sebesar US 1,1 miliar.
Kucuran dana itu digelontorkan untuk membangun pabrik baterai mobil listrik di Karawang Jawa Barat yang telah melakukan groundbreaking pada Rabu (15/9). Bahlil menerangkan dana tersebut merupakan total perkiraan investasi ekosisistem mobil listrik yang ditaksir mencapai US$ 9,8 miliar.
Baca Juga: Pemerintah akan lelang 6 seri SBSN dengan target Rp 10 triliun pada Selasa (21/9)
“Investasi sisanya (US$ 8,7 miliar) adalah gabungan Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) yang akan direalisasikan pada Desember sampai dengan awal 2022,” kata Bahlil saat Konferensi Pers, Jumat (17/9).
Kata Bahlil, tahun 2023 seluruh ekosistem mobil listrik akan mulai melakukan tahap produksi. Keinginan Bahlil, setelah massa kepemimpinannya Indonesia sebagai pusat ekosistem mobil listrik benar-benar dapat terwujud.
Lebih lanjut, Bahlil mengatakan pada Desember 2021 investasi untuk procusor dan ketot akan memulai groundbreaking. Nilainya investasinya sekitar US$ 5 miliar-US$ 6 miliar.
Menurutnya, ada tiga hal yang mendorong aliran modal di bidang mobil listrik masuk ke Indonesia. Pertama, Indonesia adalah market yang besar, sehingga investor melihat akan lebih efektif membuat pabrik di negara market tersebut tinggal.
Kedua, Indonesia memiliki 80% bahan baku baterai cell mobil listrik yakni nikel, kobalt, aluminium, dan mangan. Hanya 20% komponen lainnya yakni litium masih impor.
Baca Juga: Dorong swasta tingkatkan modal di bursa saham, Singapura beri paket pendanaan