Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ekonomi dalam negeri di tahun ini memang sulit seiring dampak dari corona virus disease 2019 (Covid-19). Berbagai stimulus pemerintah gelontorkan untuk menjadi bantalan ekonomi. Untuk itu pemerintah berancang desain pemulihan ekonomi di sisa tahun ini.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Febrio Kacariu mengatakan saat ini pemerintah masih bekerja menggunakan dua skenario pertumbuhan ekonomi di kisaran -04% sampai 2,3% pada akhir tahun ini.
Baca Juga: Terdampak corona, pabrik sepatu di Karawang rumahkan 2.300 karyawan
Pada kuartal II-2020, pemerintah bakal menggenjot percepatan dan penguatan subsidi dan bantuan sosial (Bansos) untuk masyarakat miskin dan rentan miskin. Caranya melalui tambahan sembako, tambahan kartu pra-kerja, pembebasan tariff listrik, dan penambahan penyaluran Program Keluarga Harapan (PKH).
Kemudian, dukungan stimulus Usaha Kecil Menengah (UMKM) dan Ultra Mikro (UMi) berupa penundaan pokok dan bunga utang dan subsidi bunga kredit. Selain itu, penjaminan kredit modal kerja UMKM, serta pembebasan pajak penghasilan (PPh) Final UMKM.
Selanjutnya, stimulus juga usaha diberikan kepada industri dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) berupa insentif perpajakan, dana talangan ke BUMN, penyaluran kredit modal kerja BUMN, penempatan dana di perbankan yang terdampak restrukturisasi kredit, serta dana dukungan untuk program biodiesel 30% atau B30.
Febrio bilang langkah itu diambil karena pemerintah melihat adanya dampak dari corona virus disease 2019 (Covid-19) yang begitu besar dirasakan di sektor pariwisata, perdagangan, dan manufaktur.
Baca Juga: Pemerintah prediksi konsumsi rumah tangga tahun 2021 bisa tumbuh 4,9%, ini pemicunya
Ini ditambah paran dengan adanya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang menurunkan konsumsi masyarakat. Dus, kemiskinan dan pengangguran meningkat hanya dalam kurun waktu kurang dari tiga bulan.
“Kuartal II-2020 memang akan sangat berat data-data yang kita lihat menuju pemburukan. Kemungkinan besar akan negatif,” kata Febrio dalam Konferensi Pers Program Pemulihan Ekonomi Nasional, Rabu (13/5).
Tak hayal, bila ekonomi di kuartal II-2020 bakal terperosok. Sebab, Menteri Keuangan Sri Mulyani sebelumnya mengungkapkan skenario terberat pertumbuhan ekonomi kuartal kedua 2020 di posisi 0,3% hingga minus 2,6%.
Untuk stimulus UMKM, Umi, industri, dan BUMN bakal berjalan pararel sampai dengan kuartal III-2020. Pada periode tersebut diharapkan sudah berlangsung sebagian aktivitas ekonomi. Apalagi dengan tambahan stimulus perluasan konsumsi untuk masyarakat menengah yakni berupa pariwisata, restoran, dan transportasi.
Baca Juga: Begini rincian stimulus kredit UMKM dari pemerintah dalam program pemulihan ekonomi
Kemudian, pada kuartal IV-2020 diharapkan ekonomi sudah membaik. Disain kebijakan yang disusun pemerintah di akhir tahun ini berfokus pada dunia usaha. Strateginya lewat penjaminan kredit modal kerja UMKM, penyaluran kredit modal kerja BUMN, penempatan dana di perbankan yang terdampak restrukturisasi kredit.
Lalu, talangan modal kerja dan penyertaan modal negara (PMN) kepada perusahaan pelat merah, dukungan lagi untuk B30, dan penyaluran dana insentif daerah.
“Apakah kuartal III-2020 lebih baik? itu sedang diusahakan. Kuartal IV-2020 lebih baik? kita usahakan dengan kebijakan yang dirancang pemerintah, supaya pertumbuhan ekonomi tidak menuju terlalu negatif,” kata dia.
Febrio menegaskan memang tahun ini ekonomi tahun ini bakal sulit, untuk itu seluruh rangkaian Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) dirancang sedemikian rupa untuk meredamnya.
Baca Juga: Risiko penyebaran corona, Gugus Tugas Covid-19 bisa kendalikan sektor transportasi
“Terutama kita sedang berusaha redam dampak negatif ke sosial masyarakat, hambat supaya pengangguran tidak bertambah tajam. Kemiskinan tumbuh hanya dikit,” kata Febrio.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News