kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ini usulan ekonom Indef agar Indonesia bisa keluar dari jurang resesi


Minggu, 06 September 2020 / 18:15 WIB
Ini usulan ekonom Indef agar Indonesia bisa keluar dari jurang resesi
ILUSTRASI. Ilustrasi Opini - Menghindari Jebakan Resesi


Reporter: Bidara Pink | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pandemi Covid-19 telah membuat sejumlah negara tergelincir dan jatuh ke jurang resesi. Indonesia menjadi salah satu negara yang harus memperkuat kuda-kuda karena pertahannya berpotensi goyah sehingga rentan jatuh ke jurang resesi.

Menteri Keuangan Sri Mulyani pun mengisyaratkan kalau perekonomian Indonesia bakal mengalami resesi pada kuartal III-2020.

"Di kuartal III-2020, ekonomi kita masih mengalami negative growth, bahkan di kuartal IV-2020 masih dalam zona sedikit di bawah netral," kata Sri Mulyani, Kamis (3/9) lalu.

Baca Juga: Tips melawan resesi: Siapkan dana darurat hingga bangun bisnis sampingan

Menanggapi hal tersebut, ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira memberikan beberapa usulan yang perlu dilakukan Indonesia bila masuk ke jurang resesi, baik dari sisi fiskal maupun moneter.

Dari sisi fiskal, Bhima memandang, pemerintah harus secepatnya mempercepat redesign anggaran bagi anggaran yang serapannya rendah. Misalnya, program subsidi bunga UMKM yang kurang efektif bisa langsung dijadikan bantuan langsung tunai (BLT) untuk usaha mikro.

Selain itu, untuk stimulus di sektor kesehatan juga bisa difokuskan untuk riset vaksin sekaligus pengetatan protokol kesehatan. Contohnya, memberi tambahan anggaran untuk alat pelindung diri (APD) di fasilitas kesehatan, juga bantuan masker untuk pelaku UMKM.

"Ini cara untuk meningkatkan kepercayaan belanja masyarakat agar sektor UMKM bisa meningkat omsetnya," tutur Bhima kepada Kontan.co.id, Minggu (6/9).

Sementara dari sisi moneter, Bhima menyarankan kalau bank sentral perlu menurunkan kembali suku bunga acuan 50 basis poin (bps) hingga 100 bps lagi. Menurutnya, ini bisa menjadi rangsangan agar penyaluran kredit makin bergairah.

"Banyak negara yang melakukan pemangkasan bunga acuan sebagai strategi menurunkan tingkat bunga kredit, sekaligus agar para deposan memindahkan dana dari bank ke investasi di sektor riil," tambahnya.

Lebih lanjut, Bhima masih belum bisa memprediksi kapan pastinya Indonesia bisa keluar dari jurang resesi ini. Ia pun menekankan, agar resesi tidak berlanjut menjadi depresi, maka Idnonesia perlu menekan kurva kasus positif pandemi agar flat bahkan turun, juga meningkatkan efektivitas belanja pemerintah untuk stimulus daya beli masyarakat.

Baca Juga: Pertumbuhan ekonomi minus, pengusaha minta tak ada kenaikan upah tahun depan

Sebagai tambahan informasi, pertumbuhan Indonesia pada kuartal I-2020 adalah sebesar 2,97% yoy. Pertumbuhan ini mengalami kontraksi 2,41% dibandingkan kuartal IV-2020.

Pada kuartal II-2020, pertumbuhan ekonomi Indonesia kembali turun dari kuartal sebelumnya dan bahkan masuk ke zona negatif, yaitu minus 5,32% yoy dan menjadi yang terendah sejak kuartal I-1999 yang kontraksi sebesar 6,13% yoy.

Dengan menggunakan definisi resesi yang pertumbuhan negatif dua kuartal berturut-turut, bila pada kuartal III-2020 Indonesia masih tetap tumbuh negatif, maka Indonesia akan masuk ke jurang resesi pada kuartal tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×