kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.924.000   -8.000   -0,41%
  • USD/IDR 16.210   -85,00   -0,52%
  • IDX 6.897   65,26   0,96%
  • KOMPAS100 1.002   13,05   1,32%
  • LQ45 771   10,32   1,36%
  • ISSI 224   1,60   0,72%
  • IDX30 397   5,48   1,40%
  • IDXHIDIV20 461   5,31   1,16%
  • IDX80 113   1,46   1,31%
  • IDXV30 113   0,44   0,39%
  • IDXQ30 129   1,86   1,47%

Ini Upaya yang Perlu Dilakukan untuk Dorong Konsumsi Rumah Tangga


Minggu, 11 Juni 2023 / 13:16 WIB
Ini Upaya yang Perlu Dilakukan untuk Dorong Konsumsi Rumah Tangga
ILUSTRASI. Ekonom melihat tantangan lebih berat yang menghantui prospek pertumbuhan konsumsi rumah tangga ke depan. KONTAN/Baihaki/


Reporter: Bidara Pink | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ekonom melihat tantangan lebih berat yang menghantui prospek pertumbuhan konsumsi rumah tangga ke depan, terutama di semester II-2023.

Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengungkapkan, tekanan datang dari potensi kenaikan inflasi pangan akibat El Nino. 

Kemudian, normalisasi harga komoditas juga turut menggerus daya beli masyarakat yang bekerja di bidang tersebut. 

Plus, sejumlah faktor psikologis yang mampu membuat masyarakat untuk menahan belanja. 

Baca Juga: IHSG Menguat 0,92% Dalam Sepekan, Intip Proyeksinya untuk Senin (12/6)

Dengan potensi tersebut, Bhima meminta pemerintah untuk terus menjaga roda konsumsi agar terus berputar. 

Ini bisa dilakukan dengan sejumlah hal, untuk menjaga daya beli masyarakat miskin dan untuk meningkatkan keyakinan untuk melakukan konsumsi masyarakat menengah atas. 

Pertama, untuk menjaga daya beli masyarakat, perlunya melakukan realokasi belanja dari proyek strategis nasional (PSN). 

"Realokasi belanja dari PSN jumbo ke tambahan stimulus untuk sektor UMKM dan belanja bantuan sosial," tegas Bhima kepada Kontan.co.id, Jumat (9/6). 

Bhima mengungkapkan, setidaknya minimal porsi anggaran perlindungan sosial dari pemerintah adalah sebesar 4% produk domestik bruto (PDB). 

Kedua, pemerintah juga perlu melanjutkan bantuan subsidi upah, memberi diskon tarif listrik hingga 709% di waktu beban puncak, dan berbagai keringanan pajak untuk dunia usaha yang membutuhkan. 

"Ini untuk mencegah adanya pemutusan hubungan kerja (PHK) di sektor industri," tambahnya. 

Ketiga, pemerintah perlu menunda kenaikan tarif pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi 12%. 

Baca Juga: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia pada 2023 Berpotensi Melambat, Ini Pemicunya

Sebaliknya, pemerinta perlu memangkas tarif PPN menjadi 8% hingga 9% untuk mendongkrak konsumsi kelas menengah. 

Keempat, pengendalian inflasi hingga di bawah 3% yoy atau di level pra pandemi Covid-19 untuk menjaga tingkat konsumsi masyarakat. 

Lebih lanjut, dengan perkembangan terkini Bhima melihat pertumbuhan konsumsi rumah tangga di sepanjang 2023 tak akan lebih dari 5%. 

Dari perhitungannya, pertumbuhan konsumsi rumah tangga akan berada di kisaran 4,8% yoy hingga 5% yoy. 

Ini kemudian membawa pertumbuhan ekonomi Indonesia di sepanjang 2023 berada di kisaran 4,7% yoy hingga 5% yoy. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Owe-some! Mitigasi Risiko SP2DK dan Pemeriksaan Pajak

[X]
×