Reporter: Bidara Pink | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pertumbuhan konsumsi rumah tangga kuartal IV-2022 berpotensi melambat dari kuartal sebelumnya. Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual memperkirakan, pertumbuhan konsumsi rumah tangga di kuartal IV-2022 di kisaran 5% secara tahunan.
Ini melambat dari kinerja pertumbuhan konsumsi rumah tangga di kuartal III-2022 yang sebesar 5,39%.
Perlambatan pertumbuhan konsumsi rumah tangga juga seiring dengan perlambatan kinerja sejumlah indikator konsumsi pada periode tersebut. Sebut saja Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) kuartal IV-2022 sebesar 119,7, atau lebih rendah dari IKK pada kuartal III-2022 yang sebesar 121,7.
Kemudian Indeks Penjualan Riil (IPR) pada kuartal IV-2022 tumbuh 1,7% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, melambat dari pertumbuhan kuartal III-2022 yang sebesar 5,2%.
Baca Juga: BKPM: Jateng dan Kalimantan Utara Berpotensi Diminati Banyak Investor
Menurut David, pelemahan indikator konsumsi ini seiring dengan faktor rambatan (second round impact) dari kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) di September 2022.
"Ini ada pengaruh dari kenaikan BBM di September 2022. Jadi, konsumsi agak terganggu," tutur David kepada Kontan.co.id, Rabu (11/1).
Dampak rambatan ini paling terasa di Oktober 2022 dan November 2022. Kabar baiknya, menjelang Desember 2022, konsumsi rumah tangga mulai ngegas. Dipengaruhi oleh pemberian tunjangan hari raya (THR) yang menambah daya beli masyarakat, adanya faktor musiman hari raya Natal dan Tahun Baru, juga musim liburan sekolah.
"Masyarakat kelas menengah atas membelanjakan uangnya di sini untuk liburan. Terlebih, tabungan mereka masih banyak," tambah David.
Ke depan, David yakin konsumsi rumah tangga masih kuat dan bisa menjadi motor penggerak pertumbuhan ekonomi. Pemerintah bisa memberikan uluran tangan berupa bantuan kepada masyarakat, untuk memperkuat daya beli.
Namun, selain itu, David memandang perlunya pembangunan situasi yang positif sehingga membuat masyarakat yakin untuk membelanjakan uangnya. Menurutnya, faktor psikologis juga penting.
Baca Juga: Agar Indonesia Jadi Negara Berpenghasilan Tinggi, Sri Mulyani Bocorkan Rahasianya
"Kalau ada uang, tapi pemberitaan soal pertumbuhan ekonomi terus buruk, maka masyarakat akan menahan belanjanya," katanya.
Lebih lanjut, David memperkirakan pertumbuhan konsumsi rumah tangga di sepanjang tahun 2023 berada di kisaran 5%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News