kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45901,40   8,81   0.99%
  • EMAS1.332.000 0,60%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ini sektor yang diramal akan paling banyak hasilkan pengangguran


Minggu, 03 Mei 2020 / 10:55 WIB
Ini sektor yang diramal akan paling banyak hasilkan pengangguran
ILUSTRASI. Pekerja membawa paket bantuan sosial (bansos) yang akan disalurkan di Gudang Food Station Cipinang, Jakarta, Rabu (22/4/2020). Core memprediksi gelombang pengangguran akibat corona terbanyak akan datang dari sektor pariwisata. ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat


Reporter: Rahma Anjaeni | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Badan Pusat Statistik (BPS) memproyeksikan, apabila pandemi virus corona di Indonesia bisa berakhir dengan cepat, atau pada 29 Mei seperti asumsi Badan Nasional Penanganan Bencana (BNPB), maka tingkat pengangguran pada level 4,8%-5% kemungkinan bisa tercapai.

Namun, apabila pandemi ini berlangsung sampai Agustus maka diperkirakan target tersebut akan sulit dicapai.

Baca Juga: BPS: Jika corona berakhir Mei 2020, target tingkat pengangguran 5% bisa tercapai

Sejalan dengan asumsi tersebut, Peneliti dari Center of Reform on Economics (CORE) Yusuf Rendy Manilet mengatakan, apabila pandemi ini bertahan sampai Agustus 2020 mendatang, maka sektor yang berkaitan dengan pariwisata seperti restoran dan hotel masih akan menyumbang tingkat pengangguran paling besar.

"Proses konsolidasi untuk sektor pariwisata juga akan lebih lama dibandingkan sektor lain. Jadi, sumbangan pengangguran dari sektor ini diprediksi masih akan bertambah, bahkan setelah pandemi ini selesai di bulan Agustus," ujar Yusuf kepada Kontan.co.id, Minggu (3/5).

Selain itu, ada pula sektor perdagangan yang akan mencetak jumlah pengangguran terbanyak. Ini disebabkan, karena banyaknya pusat perbelanjaan yang harus tutup karena adanya kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB).

Daya beli masyarakat menengah ke bawah juga dinilai mulai terkikis karena berkurangnya pendapatan, sehingga lebih memilih untuk menahan belanja.

Baca Juga: Wabah corona merebak, BPS catat iklan lowongan kerja turun 70% dalam sebulan

Kemudian, untuk sektor transportasi Yusuf menilai sumbangan jumlah tenaga kerja sektor ini akan sedikit lebih kecil apabila dibandingkan dengan volume sumbangan di sektor transportasi dan pergudangan.

Jika mengacu pada data BPS di bulan Agustus 2019, sumbangan jumlah tenaga kerja sektor transportasi yang digabung dengan pergudangan adalah sebesar 5,56 juta orang. Sementara, untuk pariwisata yang tergambar dari pos akomodasi dan makan minum, sumbangan jumlah tenaga kerjanya mencapai 8,46 juta orang.

"Artinya jika pengangguran di sektor transportasi meningkat, tetapi sumbangan ke tingkat pengangguran akan sedikit lebih kecil dibandingkan transportasi dan pergudangan. Meski ada potensi penambahan jumlah pengangguran, tetapi jika dibandingkan dengan pariwisata tentu akan sedikit lebih kecil," paparnya.

Baca Juga: Khusus angkot, Pertamina beri cashback 50% untuk pembelian Pertalite dan Dexlite

Menurut Yusuf, apabila memang pandemi terjadi sampai dengan Agustus, maka tiga sektor utama yang berpotensi menambah tingkat pengangguran, yaitu pariwisata, perdagangan, dan manufaktur. Pasalnya, ketiga sektor tersebut menyumbang tenaga kerja terbesar dan berdampak lebih besar terhadap kebijakan PSBB, khususnya di kota.

Lebih lanjut, pada saat masa pemulihan dimulai, Yusuf menyarankan agar pemerintah dapat melanjutkan kebijakan insentif fiskal berupa penangguhan pajak dan percepatan restitusi.

Namun, khusus untuk manufaktur, insentif harga gas dan listrik untuk industri juga diperlukan. Tak hanya itu, restrukturisasi kredit juga diperlukan setelah pandemi selesai, karena ada potensi penambahan permintaan kredit oleh beragam sektor untuk kembali memulai usaha.

Baca Juga: Gara-gara corona, jumlah penonton bioskop di Korea Selatan anjlok ke level terendah

"Terakhir yang tidak kalah penting, kebijakan mengembalikan daya beli masyarakat melalui program penciptaan lapangan kerja," kata Yusuf.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×