Reporter: Rahma Anjaeni | Editor: Tendi Mahadi
Jika mengacu pada data BPS di bulan Agustus 2019, sumbangan jumlah tenaga kerja sektor transportasi yang digabung dengan pergudangan adalah sebesar 5,56 juta orang. Sementara, untuk pariwisata yang tergambar dari pos akomodasi dan makan minum, sumbangan jumlah tenaga kerjanya mencapai 8,46 juta orang.
"Artinya jika pengangguran di sektor transportasi meningkat, tetapi sumbangan ke tingkat pengangguran akan sedikit lebih kecil dibandingkan transportasi dan pergudangan. Meski ada potensi penambahan jumlah pengangguran, tetapi jika dibandingkan dengan pariwisata tentu akan sedikit lebih kecil," paparnya.
Baca Juga: Khusus angkot, Pertamina beri cashback 50% untuk pembelian Pertalite dan Dexlite
Menurut Yusuf, apabila memang pandemi terjadi sampai dengan Agustus, maka tiga sektor utama yang berpotensi menambah tingkat pengangguran, yaitu pariwisata, perdagangan, dan manufaktur. Pasalnya, ketiga sektor tersebut menyumbang tenaga kerja terbesar dan berdampak lebih besar terhadap kebijakan PSBB, khususnya di kota.
Lebih lanjut, pada saat masa pemulihan dimulai, Yusuf menyarankan agar pemerintah dapat melanjutkan kebijakan insentif fiskal berupa penangguhan pajak dan percepatan restitusi.
Namun, khusus untuk manufaktur, insentif harga gas dan listrik untuk industri juga diperlukan. Tak hanya itu, restrukturisasi kredit juga diperlukan setelah pandemi selesai, karena ada potensi penambahan permintaan kredit oleh beragam sektor untuk kembali memulai usaha.
Baca Juga: Gara-gara corona, jumlah penonton bioskop di Korea Selatan anjlok ke level terendah
"Terakhir yang tidak kalah penting, kebijakan mengembalikan daya beli masyarakat melalui program penciptaan lapangan kerja," kata Yusuf.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News