Reporter: Rahma Anjaeni | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah berencana kembali menerbitkan surat berharga negara (SBN) dalam denominasi valuta asing (valas) pada semester II mendatang.
Rencananya, SBN valas ini masih akan terbit dalam tiga denominasi, yaitu dolar Amerika Serikat (Sukuk global), yen (Samurai bond), dan euro (Euro bond).
Baca Juga: Pada minggu ketiga Mei 2020, BI membeli Rp 1,18 triliun SBN di pasar perdana
Namun demikian, Wakil Direktur Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Eko Listyanto menilai, waktu yang tepat untuk menerbitkan obligasi adalah saat ekonomi mulai pulih kembali dan ancaman dari pandemi Corona bisa dikendalikan.
"Dikarenakan penerbitan obligasi ini di tengah situasi pandemi, maka secara umum biasanya agar imbal hasil bisa kompetitif, penerbitan surat utang perlu melihat optimisme perekonomian yang ditandai dengan terkendalinya wabah Covid-19," ujar Eko kepada Kontan.co.id, Kamis (28/5).
Pasalnya, di saat itu penawaran yang akan didapatkan oleh pemerintah bisa lebih kuat. Di sisi lain, pasar obligasi juga mulai menarik lagi. Namun, selain hal tersebut tentu saja penerbitan obligasi ini juga perlu mempertimbangkan berbagai obligasi yang diterbitkan oleh negara lain yang menjadi kompetitor di pasar.
Baca Juga: Penerbitan SBN Valas dinilai sesuai dengan prinsip pembagian risiko
Apalagi, yang akan diterbitkan oleh pemerintah adalah global bond. Selain itu, saat ini juga ada banyak negara yang mengeluarkan surat utang untuk menutup defisit fiskal mereka.
"Terkait imbal hasil, untuk Indonesia biasanya lebih tinggi dari negara-negara lain. Nah agar imbal hasil ini bisa ditekan, salah satu faktornya adalah membaiknya indikator makro suatu negara," paparnya.
Menurut Eko, apabila pemerintah bisa memperbaiki kinerja ekonomi dalam negeri pada kuartal III dan kuartal IV mendatang, maka imbal hasil dinilai bisa lebih kompetitif.
Namun, apabila di semester 2 mendatang kondisi pandemi masih belum bisa terkendali sepenuhnya, maka peluang global bond untuk diserap pasar disinyalir akan lebih kecil. Pada akhirnya, biasanya pemerintah akan menawarkan obligasi dengan imbal hasil yang lebih tinggi dari negara-negara lain yang setingkat.
Baca Juga: Hingga kini, BI telah membeli SBN sebanyak Rp 200,25 triliun
"Ini karena, berbagai negara lain mungkin juga mengeluarkan obligasi, dan jika kondisi pandemi di negara tersebut sudah terkendali, maka posisi tawar global bond kita menjadi lebih rendah," kata Eko.
Lebih lanjut Eko menjelaskan, selain mengendalikan pandemi dengan baik hal lain yang bisa dilakukan pemerintah agar SBN valas bisa terserap dengan baik oleh pasar, yaitu adalah dengan memperbaiki kinerja makro ekonomi.
"Pasalnya pertumbuhan ekonomi sulit diselamatkan, setidaknya inflasi, nilai tukar, ketersediaan energi perlu dijaga," tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News