Sumber: Kompas.com | Editor: Yudho Winarto
MUI itu Majelis Ulama Indonesia, memang ada ketuanya. Tapi, selama ini yang saya ketahui selama jadi Presiden beberapa kali saya bertemu denan MUI, lengkap pengurusnya, memang segala sesuatunya dimusyawarahkan.
Dan ketika mengeluarkan entah fatwa atau apapun itu sudah dibicarakan di antara mereka. Silahkan ditanyakan, apakah pendapat keagamaan MUI itu lahir di bawah tekanan SBY atau tekanan siapa pun.
Saya kira mudah sekali mengeceknya, daripada saya nanti defensif, tanyakan saja langsung, apakah Majelis Ulama Indonesia dalam mengeluarkan fatwa keagamaannya, didikte atau ditekan SBY atau pun siapa pun.
Dan teman-teman para wartawan, kesimpulan yang ingin saya sampaikan adalah, dengan penjelasan saya ini berangkat dari pernyataan pihak Pak Ahok yang memegang bukti atau tranksrip atau apapun yang menyatakan ada percakapan saya dengan Pak Ma’ruf Amin, saya nilai sebagai sebuah kejahatan.
Karena itu adalah penyadapan ilegal. Saya hanya mohon hukum ditegakkan. Bola sekarang bukan pada saya, bukan di Pak Ma’ruf Amin, bukan di Pak Ahok dan pengacaranya, tetapi di tangan Polri dan penegak hukum lain. Bola di tangan mereka.
Dan kalau yang menyadap institusi negara, bola di tangan Bapak Presiden Jokowi. Saya hanya memohon keadilan. Karena hak saya diinjak-injak dan privasi saya yang dijamin UU dibatalkan dengan cara disadap secara tidak legal.
Dan teman-teman semua yang ada di ruangan ini atau di mana pun, karena sejak tadi malam saya mendapat pesan beragam sekali, ada yang sedang, ada yang keras, ada yang marah dan sebagainya, karena saya sudah menyampaikan seperti ini, baik-baik dan dengan niat dan tujuan yang baik, maka teman-teman pendukung harap bisa bersabar dan tegar.
Insya Allah ada titik air keadilan. Kalau kita haus dan dahaga, kalau ada titik air keadilan, rasanya haus kita, dahaga kita hilang.
Itulah yang ingin saya sampaikan, terima kasih teman-teman atas kesabaran dan perhatiannya, saya lebih baik begini daripada main di media sosial mengeluarkan hoax, kita begini saja-lah, langsung-lah.
Media tradisional juga ada, televisi ada, TV ada, radio ada, majalah juga ada. Jangan sampai kita malah saling berkomunikasi dengan tidak tahu siapa kita berkomunikasi itu. Bung Karno mengatakan "Mana dadamu, ini dadaku".
Artinya, ayolah kita, supaya tidak mudah kita saling memfitnah, tidak mudah kita saling menjatuhkan. Itu saja teman-teman, dan sekali lagi terima kasih atas perhatiannya. Saya sudah menjelaskan dengan tujuan yang baik.
Sekian. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
(Dani Prabowo)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News