kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Ini penyebab defisit transaksi berjalan melebar di kuartal kedua


Jumat, 09 Agustus 2019 / 19:20 WIB
Ini penyebab defisit transaksi berjalan melebar di kuartal kedua


Reporter: Bidara Pink | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Bank Indonesia (BI) mencatat defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) naik menjadi US$ 8,4 miliar atau 3% dari PDB pada kuartal II 2019.

Menurut Kepala Ekonom BCA David Sumual, melebarnya CAD karena adanya pembayaran dividen dan adanya penurunan harga komoditas yang pada kuartal II 2019.

Baca Juga: Menguat di akhir pekan, IHSG tetap terkoreksi selama sepekan

"Harga komoditas menurun, di sisi lain pembayaran dividen juga tinggi. Tapi untungnya di sisi capital account masih bagus, jadi ada portofolio input dari pasar modal," kata David kepada kontan.co.id pada Jumat (9/8).

Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan bahwa hingga akhir tahun CAD akan tetap berada dalam kisaran target BI, yaitu 2,5%-3% terhadap PDB. Menurut Perry, BI optimis CAD ada di sekitar 2,8% dari PDB untuk full-year.

David memproyeksikan angka yang sama dengan BI. Hanya, menurutnya, di kuartal III 2019 nanti defisit akan cukup tinggi, tetapi akan diimbangi di kuartal IV  yang normal sehingga angka 2,8% tersebut dapat terpenuhi.

Faktor utama adalah ekspor yang masih belum stabil karena perang dagang. Lalu dari sisi investasi langsung asing yang masih belum baik, serta adanya transisi dari pemerintahan lama ke pemerintahan baru.

Baca Juga: BI memproyeksikan defisit transaksi berjalan hingga akhir tahun 2,8% dari PDB

Sementara untuk angka Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) tercatat defisit sebesar US$ 2 miliar. Meski begitu, sepanjang semester I-2019 masih surplus US$ 400 juta.

Menurut David, ini merupakan konsekuensi dari transaksi berjalan yang defisit dan tidak diimbangi dengan masuknya modal. Untuk ke depannya, David melihat arus modal masih cukup baik dan menurutnya investasi langsung akan membaik di kuartal IV 2019.

"Untuk total NPI nanti saya lihat antara surplus US$ 1 miliar. Yah, plus satu minus satu," tambah David.

Baca Juga: BI optimistis dana asing tetap mengalir ke pasar domestik dalam jangka panjang

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×