kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.705.000   1.000   0,06%
  • USD/IDR 16.290   30,00   0,18%
  • IDX 6.750   -53,40   -0,78%
  • KOMPAS100 997   -8,64   -0,86%
  • LQ45 770   -6,78   -0,87%
  • ISSI 211   -0,72   -0,34%
  • IDX30 399   -2,48   -0,62%
  • IDXHIDIV20 482   -1,69   -0,35%
  • IDX80 113   -1,02   -0,90%
  • IDXV30 119   -0,06   -0,05%
  • IDXQ30 131   -0,75   -0,57%

Ini Kata Ekonom Indef Soal Usulan Cukai BBM


Senin, 24 Februari 2025 / 22:56 WIB
Ini Kata Ekonom Indef Soal Usulan Cukai BBM
ILUSTRASI. Aktivitas pengisian Bahan Bakar Minyak (BBM) di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) milik PT Pertamina di jalan MT Haryono, Jakarta, Selasa (2/7/2024). ReforMiner Institute mencatat pelemahan nilai tukar rupiah dan peningkatan harga minyak Indonesia (ICP) berpotensi memberi dampak negatif terhadap kondisi fiskal Indonesia. Setiap peningkatan harga minyak 1 dollar AS berpotensi meningkatkan pendapatan negara sekitar Rp 3,6 triliun. Di sisi lain, peningkatan itu berdampak pada membengkaknya belanja negara sekitar Rp 10 triliun. KONTAN/Cheppy A. Muchlis/02/07/2024


Reporter: Indra Khairuman | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Pengenaan cukai pada Bahan Bakar Minyak (BBM) yang diusulkan oleh Dewan Ekonomi Nasional (DEN) semakin dianggap sebagai langkah strategis untuk mitigasi perubahan iklim, dengan harapan mampu mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil.

Namun, terdapat kekhawatiran mengenai dampak ekonomi yang mungkin dirasakan oleh masyarakat.

Baca Juga: Cukai BBM Bisa Picu Inflasi, Celios: Infrastruktur Energi Alternatif Belum Siap

Imaduddin Abdullah, Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) menyatakan bahwa penerapan cukai pada BBM dapat berfungsi sebagai instrumen carbon pricing yang bertujuan untuk menginternalisasi dampak negatif yang ditimbulkan oleh penggunaan bahan bakar fosil.

Namun, ia menekankan bahwa efektivitas kebijakan ini sangat bergantung pada desain yang tepat.

“Penentuan besaran cukai harus mampu mendorong perubahan perilaku tanpa memberatkan ekonomi,” ujar Imaduddin kepada Kontan.co.id, Senin (24/02).

Ia juga menekankan pentingnya memastikan bahwa dana yang dihasilkan dari cukai tersebut dialokasikan kembali dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) untuk mendukung transisi energi serta melindungi kelompok masyarakat yang rentan.

Lebih lanjut, Imaduddin juga mengingatkan bahwa pelaksanaan kebijakan ini sebaiknya dilakukan secara bertahap, dengan mempertimbangkan sejumlah faktor, seperti kondisi pemulihan ekonomi dan kesiapan infrastruktur energi alternatif.

“BBM memengaruhi hampir seluruh aktivitas ekonomi, sehingga dampaknya bisa signifikan,” tambahnya.

Kenaikan harga BBM eceran dan meningkatnya biaya logistik dapat menyebabkan tekanan inflasi yang lebih luas, sehingga dapat memengaruhi daya beli masyarakat.

Baca Juga: DEN Usulkan Cukai BBM untuk Mitigasi Perubahan Iklim dan Tambah Pendapatan Negara

Untuk mengurangi dampak tersebut, Imaduddin menekankan pentingnya pemerintah menyiapkan paket kebijakan yang komprehensif.

Ini meliputi skema kompensasi bagi masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah, pengembangan transportasi publik, dan inisiatif energi alternatif.

Monitoring yang ketat terhadap efek dari kebijakan juga sangat penting agar pemerintah dapat menyesuaikan tindakan yang diambil sesuai dengan kondisi yang ada, sehingga tujuan mitigasi perubahan iklim dapat tercapai tanpa membebani ekonomi masyarakat.

Selanjutnya: THR Lebaran, Pemerintah Pertimbangkan Beri H-7 Termasuk untuk Ojol

Menarik Dibaca: Konsumsi 3 Rempah Ini Untuk Redakan Sakit Perut hingga Mual

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Mastering Finance for Non Finance Entering the Realm of Private Equity

[X]
×