kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.774   -14,00   -0,09%
  • IDX 7.460   -19,91   -0,27%
  • KOMPAS100 1.153   -1,43   -0,12%
  • LQ45 914   0,41   0,05%
  • ISSI 225   -1,12   -0,49%
  • IDX30 472   0,95   0,20%
  • IDXHIDIV20 569   1,36   0,24%
  • IDX80 132   0,02   0,01%
  • IDXV30 140   0,92   0,66%
  • IDXQ30 157   0,24   0,16%

Ini Alasan OECD Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Jadi 4,7% di 2023


Kamis, 24 November 2022 / 06:46 WIB
 Ini Alasan OECD Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Jadi 4,7% di 2023
ILUSTRASI. Proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2023 dipangkas jadi 4,7% oleh OECD


Reporter: Siti Masitoh | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) kembali merevisi ke bawah proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk tahun 2023 menjadi 4,7%. Sebelumnya, OECD menargetkan pertumbuhan ekonomi Indonesia capai 4,8% di tahun 2023.

Melansir dari OECD Ekonomic Outlook Edisi November 2022, prospek pertumbuhan tahun ini justru akan lebih baik jika dibandingkan dengan tahun depan. Tahun ini OECD memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih moderat yakni sebesar 5,3%.

Hal ini didukung oleh permintaan yang masih kuat untuk komoditas ekspor utama Indonesia, serta konsumsi yang terpendam akibat pandemi Covid-19.

“Harga komoditas yang menguntungkan dan arus masuk modal yang masih kuat membantu Indonesia melawan tantangan global yang kuat,” dikutip dari laporan tersebut, Rabu (23/11).

Baca Juga: Gejolak Perekonomian Global Bakal Berimbas ke Indonesia

Akan tetapi, pada tahun depan, OECD memandang permintaan domestik dan pertumbuhan konsumsi di sektor swasta akan tertahan karena adanya inflasi yang masih tinggi. Namun, investasi berupa belanja modal  masih akan meningkat secara signifikan.

Lebih lanjut, selain bayangan inflasi, perekonomian domestik tahun depan juga masih dibayangi persoalan global terkait energi, pupuk dan pangan. Selain itu, Gejolak permasalahan sosial menjelang Pemilihan Presiden pada 2024 juga akan mulai terasa pada tahun depan.

“Gejolak politik serta ketegangan sosial menjelang pemilihan presiden dapat mendistorsi persepsi investor internasional terkait kekuatan perekonomian Indonesia,” kata OECD dalam laporan tersebut.

Baca Juga: Ini Economic Outlook Terbaru OECD, Skenario Utama 2023 Bukan Resesi Tapi Perlambatan

OECD menyarankan, agar tahun depan kebijakan fiskal dan moneter harus tetap ketat, sementara dukungan untuk konsumsi rumah tangga rentan harus dipertahankan.

Dalam jangka menengah, pemerintah juga harus mendukung peningkatan produktivitas melalui  pengembangan sumber daya manusia yang tepat, serta menghilangkan hambatan kegiatan usaha dan restrukturisasi badan usaha milik negara (BUMN).

Tahun depan, sektor pariwisata juga kemungkinan akan kembali menjadi harapan pendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia. Pemulihan sektor ini sedang berlangsung didorong oleh perluasan prosedur visa on arrival, meski jumlah wisatawan yang masuk belum sebanyak saat pra pandemi. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×