Reporter: Venny Suryanto | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. International Monetary Fund (IMF) mengasumsikan adanya wabah global besar kedua pada awal 2021. IMF juga memproyeksikan resesi yang lebih dalam pada tahun 2020 dan pemulihan yang lebih lambat pada tahun 2021.
Adapun IMF melihat ada dua skenario yang didasarkan pada ada atau tidaknya gelombang kedua pandemi Covid-19 dan kecepatan respons pemerintah secara global untuk pemulihan ekonomi.
Dalam laporan Dalam laporan World Economic Outlook (WEO) Juni 2020, IMF mengatakan, adanya skenario wabah global yang akan muncul pada 2021, tentunya juga akan memberikan dampak terhadap kegiatan ekonomi domestik di setiap negara.
Baca Juga: Dunia dilanda ketidakpastian, IMF minta uji coba vaksin corona dipercepat
Pada 2021, gangguan terhadap aktivitas ekonomi domestik pada masing-masing negara diasumsikan dapat mencapai setengah dari ukuran yang sudah ada dalam baseline prediksi 2020.
Dalam skenario pertama, IMF memperkirakan adanya gelombang kedua pandemi Covid-19 pada awal tahun 2021 di beberapa negara. Dampak ekonomi di tahun 2021 tentu harus memperhatikan langkah-langkah yang diambil untuk menekan wabah kedua ini.
Adapun gelombang kedua ini diproyeksikan hanya setengah kali lebih berat dari yang terjadi saat ini. Hal ini mencerminkan bahwa tindakan pengendalian tidak terlalu mengganggu perusahaan dan rumah tangga.
IMF juga mengasumsikan perlu adanya pengetatan yang lebih kuat pada kondisi keuangan pada tahun 2021. Pengetatan yang dimaksud adalah bagaimana mengasumsikan kebijakan moneter konvensional bereaksi secara endogen di negara-negara dimana masih ada ruang untuk pengurangan lebih lanjut dalam tingkat kebijakan, terutama di pasar negara berkembang (emerging markets).
Baca Juga: Pakar: Corona telah menginfeksi 10 kali lebih banyak warga AS dari yang dilaporkan
Mengenai tanggapan kebijakan fiskal, diasumsikan bahwa pemerintah perlu menerapkan langkah-langkah kebijaksanaan tambahan di atas dan di luar penstabil otomatis. Sehingga, respons belanja keseluruhan terhadap penurunan output akan dua kali lebih kuat daripada respons di bawah fluktuasi siklus bisnis.