Reporter: Siti Masitoh | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Inflasi pangan diperkirakan akan melandai pasca Lebaran atau pada Mei hingga Agustus 2024, setelah melonjak tajam pada Maret 2024.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, inflasi komponen harga bergejolak atau inflasi pangan pada Maret 2024 sebesar 10,33% yoy. Ini merupakan yang tertinggi sejak Agustus 2022 atau 20 bulan terakhir, yang tercatat sebesar 8,93%.
“Kalau kita lihat pola, inflasi pangan akan melandai dari bulan Mei sampai dengan bulan Agustus, Inflasi akan kembali mengalami tren peningkatan di akhir tahun terutama di kuartal terakhir,” tutur Ekonom Center of Reform on Economic (Core) Yusuf Rendy Manilet kepada Kontan, Selasa (2/4).
Adapun inflasi pangan pada akhir tahun diperkirakan meningkat sejalan dengan adanya hari besar keagamaan Natal dan Tahun Baru.
Baca Juga: Inflasi Pangan Capai 10,33% pada Maret, Rekor Tertinggi dalam 20 Bulan Terakhir
Meski begitu, Yusuf menilai inflasi pangan pada kuartal IV 2024 tidak akan setinggi pada Februari atau Maret 2024, karena permintaan saat Ramadan jauh lebih tinggi dari momentum Natal dan Tahun Baru.
Disamping itu, faktor harga pangan juga akan sangat ditentukan dari periode El Nino, apakah akan berlanjut atau tidak, setidaknya sampai dengan Kuartal II di tahun ini.
Selain itu, intervensi pemerintah seperti menerapkan kebijakan demo untuk minyak goreng dan Harga Eceran Tertinggi (HET) untuk produk yang sama juga akan turut mempengaruhi naik turunnya harga pangan.
Yusuf menambahkan, inflasi pangan bisa turun dipengaruhi berbagai faktor baik itu eksternal dan internal.
Dari sisi internal, upaya pemerintah untuk menjaga stabilitas harga pangan pokok melalui operasi pasar, subsidi, dan bantuan sosial memiliki dampak signifikan dalam menekan inflasi. Selain itu, peningkatan produksi pangan baik melalui intensifikasi maupun ekstensifikasi juga dapat meningkatkan pasokan dan menekan harga.
“Memperlancar distribusi pangan dengan memperbaiki rantai distribusi dan mengurangi hambatan logistik juga membantu menurunkan biaya distribusi dan akhirnya harga pangan,” ungkapnya.
Kemudian, dari sisi eksternal, stabilisasi harga pangan global, juga dapat mengurangi tekanan inflasi pangan domestik dengan penurunan harga pangan seperti gandum dan minyak goreng.
Selain memantau alur distribusi terutama untuk kebutuhan barang pokok, inflasi pangan juga akan dipengaruhi oleh faktor global, yang mana beberapa kebutuhan impor itu akan dipengaruhi oleh pergerakan nilai tukar rupiah.
Baca Juga: BPS Catat Indeks Harga Perdagangan Besar Turun Jadi 0,68% Pada Maret 2024
“Jadi ketika rupiah mengalami depresiasi maka akan berdampak terhadap ongkos impor yang menjadi lebih mahal dan akan mendorong terjadinya perubahan atau penyesuaian harga untuk produk-produk tertentu,” tambahnya.
Sehingga, untuk menjaga inflasi pangan dalam negeri, lanjut Yusuf, selain faktor dalam negeri seperti menjaga alur distribusi dan operasi pasar, faktor global juga perlu diperhatikan Pemerintah agar stabilitas nilai tukar rupiah tetap terjaga dan menjadi salah satu cara bisa dilakukan pemerintah dalam menjaga inflasi ke depan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News