Reporter: Bidara Pink | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Inflasi diproyeksi kembali terjadi pada November 2022. Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI Teuku Riefky memperkirakan, inflasi pada bulan ini ada di kisaran 0,15%-0,20% secara bulanan.
Dengan demikian, inflasi secara tahunan berada dalam kisaran 5,3%-5,4%.
Riefky mengatakan, pendorong inflasi pada bulan ini berasal dari inflasi harga pangan bergejolak (volatile food), masih adanya dampak penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM), hingga para produsen yang mulai membebankan kenaikan biaya produksi pada konsumen.
Baca Juga: Waspada, Harga Pangan Siap Mendaki
Ia merinci, inflasi harga pangan bergejolak didorong oleh kenaikan sejumlah komoditas seperti telur, tomat, daging ayam ras, air kemasan, emas perhiasan, serta rokok kretek filter.
“Kenaikan harga pangan ini mendorong terjadinya inflasi pada November 2022. Jadi, pendorong terbesar inflasi pada bulan tersebut masih dari harga volatile food,” tutur Riefky kepada Kontan.co.id, Senin (28/11).
Meski memang menjadi sumber inflasi pada bulan ini, Riefky yakin Bank Indonesia (BI) maupun pemerintah mampu membawa inflasi pangan bergejolak untuk turun di bawah 6% secara tahunan pada akhir tahun 2022.
Kemudian, dampak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) pada bulan September 2022 lalu masih akan terasa pada November 2022. Namun, Riefky melihat dampaknya sudah mulai turun pada bulan ini.
Baca Juga: OECD: Inflasi Indonesia Kembali ke Kisaran Sasaran pada Tahun 2024
Lebih lanjut, penyumbang inflasi pada bulan November 2022 selanjutnya adalah para produsen yang mulai menyalurkan kenaikan harga bahan baku kepada konsumen.
“Bila melihat data IHK dengan Indeks Harga Produsen (IHP) yang jaraknya makin kecil, berarti memang sudah ada upaya pass through (pengalihan) dari sisi harga produsen ke konsumen,” tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News