Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan inflasi Juni 2017, Senin (3/7) besok. Sebagian besar dari 10 ekonom memproyeksi inflasi bulan lalu sebesar 0,55%-0,6%, lebih rendah dibandingkan Juni 2016. Padahal puasa dan lebaran tahun ini bertepatan di bulan yang sama, yakni di bulan Juni.
Ekonom SKHA Institute for Global Competitiveness Eric Sugandi mengatakan, faktor pendorong utama inflasi bulan lalu yaitu kenaikan harga pangan dan transportasi selama ramadan. Selain itu, masih ada efek lanjutan dari kenaikan tarif listrik 900 volt ampere tahap ketiga (Mei 2017), khususnya untuk pelanggan pascabayar.
Meski demikian, Eric juga melihat kenaikan harga bahan pangan saat puasa dan lebaran tahun ini tidak setinggi tahun lalu lantaran adanya beberapa harga pangan yang cenderung turun yang terbantu operasi pasar pemerintah. Di sisi lain, daya beli masyarakat juga sedikit tergerus akibat kenaikan harga yang diatur pemerintah (administered prices) yang terjadi selama semester pertama tahun ini.
Eric memperkirakan, inflasi bulan lalu sebesar 0,55%, lebih rendah dibanding bulan sebelumnya dan dibanding Juni 2016. Sementara inflasi tahunan Juni 2017 diperkirakan 4,2%, yang juga lebih rendah dibanding bulan sebelumnya, meski lebih tinggi dari Juni 2016.
Ekonom Bank Permata Josua Pardede juga memperkirakan, inflasi Juni 2016 sebesar 0,55% dan 4,22% year on year (YoY). Khusus inflasi yang bersumber dari harga pangan, pihaknya mencatat adanya kenaikan dan penurunan harga pada beberapa komoditas pangan.
"Per 21 Juni 2017, beberapa komoditas yang cenderung meningkat, antara lain daging sapi, tepung terigu, telur ayam, dan bawang putih," kata Josua kepada KONTAN belum lama ini. Sementara harga beberapa komoditas pangan cenderung turun, yaitu daging ayam, cabai merah, dan cabai merah keriting.
Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro juga melihat kenaikan harga pangan puasa lebaran tahun ini lebih terkendali karena pengaruh operasi pasar pemerintah, termasuk membuka keran impor. Bahkan pihaknya memperkirakan bahan pangan Juni hanya menyumbang inflasi bulanan 0,03%, lebih rendah dari Mei yang mencapai 0,17%.
Sementara kenaikan tarif dasar listrik 900 VA dan tarif transportasi diperkirakan masing-masing menyumbang inflasi 0,2% dan 0,15%. Dengan demikian, pihaknya memperkirakan inflasi Juni 2017 sebesar 0,62%, sedikit di bawah inflasi Juni 2016 dengan inflasi tahunan mencapai 4,3% YoY.
Berbeda dengan Ekonom Development Bank of Singapore Gundy Cahyadi yang memperkirakan inflasi Juni akan mencapai 4,4%, tertinggi sejak awal tahun ini. Menurutnya, tekanan musiman ramadan secara jelas mempengaruhi harga pangan yang bergejolak.
Namun, "harga pangan tetap stabil setiap bulan dan seperti yang terjadi pada awal ramadan tahun ini. Kami perkirakan inflasi pangan mungkin akan terlihat di bawah," kata Gundy. Meski demikian, ia masih melihat peluang inflasi akhir tahun nanti akan mencapai 5% YoY.
Ekonom Maybank Indonesia Juniman memperkirakan inflasi bulan lalu lebih tinggi lagi, yaitu sebesar 0,84% dan 4,53% YoY. Selain kenaikan bahan pangan, dampak kenaikan tarif listrik, dan tarif transportasi, inflasi Juni juga dipicu oleh peningkatan inflasi inti.
Juniman melihat, harga emas perhiasan meningkat karena permintaan lebaran. Begitu juga dengan tarif hotel dan harga sewa rumah juga naik. Ia memperkirakan inflasi inti Juni mencapai 0,52% dan 3,39% YoY, jauh lebih tinggi dari bulan sebelumnya.
"Berbeda dengan tahun lalu, dampak puasa dan lebaran terhadap inflasi terpecah ke dua bulan, yaitu Juni dan Juli," tambahnya. Meski demikian, ia melihat inflasi akhir tahun masih akan terkendali di kisaran sasaran target, dengan titik 4,3% YoY.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News