Reporter: Indra Khairuman | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Inflasi diproyeksi kembali terjadi pada bulan Maret 2025, dipicu oleh Ramadan dan Lebaran. Padahal, di bulan sebelumnya, terjadi deflasi sebesar 0,48% secara bulanan.
Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual mengatakan, inflasi pada bulan Maret 2025 diproyeksi mencapai 1,79% secara bulanan atawa MoM (month on month). Itu membuat inflasi tahunan berada di level 1,16% YoY (year on year).
Proyeksi tersebut berdasarkan situasi pasar, salah satunya hilangnya diskon listrik bagi pelanggan prabayar menjadi salah satu pendorong inflasi.
“Tanpa diskon listrik, inflasi di 1,86% YoY,” ujar David kepada Kontan.co.id, Minggu (6/4).
Baca Juga: Dampak Kebijakan Tarif Trump ke Inflasi Dalam Negeri Diperkirakan Terbatas
Lebih lanjut David bilang, walau harga beras sudah mulai turun, namun kenaikan harga tetap terjadi. Alhasil, sentimen itu akan mendorong inflasi.
Selain beras, kenaikan harga pangan akibat bulan Ramadan dan Lebaran juga menambah beban inflasi di bulan Maret 2025.
“Inflasi secara MoM meningkat karena harga pangan kembali naik dibandingkan dengan Februari, terutama untuk bawang merah,” katanya.
Kenaikan harga pangan ini menjadi sorotan, mengingat dampaknya terhadap daya beli masyarakat dan stabilitas ekonomi.
Lebih lanjut, inflasi inti diproyeksikan akan mencapai 0,25% MoM dengan inflasi tahunan berada di level 2,50% YoY.
“Inflasi inti masih naik secara MoM karena harga emas juga masih naik,” tambah David.
Selanjutnya: Masih Dibuka, Berikut Cara Lapor SPT Online Di e-Filing Pajak.go.id
Menarik Dibaca: Inspirasi Desain Interior Hygge yang Bikin Rumah Senyaman Pelukan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News