kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Inflasi Bakal Naik Tinggi, Ini yang Perlu Dilakukan Pemerintah dan BI


Minggu, 02 Oktober 2022 / 19:17 WIB
Inflasi Bakal Naik Tinggi, Ini yang Perlu Dilakukan Pemerintah dan BI
ILUSTRASI. Suasana pengisian bahan bakar minyak di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) BP-AKR di Jakarta (21/9/2022). Inflasi pada September 2022 diperkirakan meningkat akibat efek kebijakan pemerintah yang menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi.


Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Inflasi pada September 2022 diperkirakan meningkat akibat efek kebijakan pemerintah yang menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi.

Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) Teuku Riefky memprediksi, inflasi pada September 2022 mencapai 1,2% dan secara tahunan mencapai 6%.

Hal ini didorong oleh kenaikan harga BBM yang mulai berimbas kepada kenaikan tarif transportasi dan juga kenaikan harga-harga pangan.

"Estimasi kami secara tahunan akan mencapai 6% dengan inflasi bulanan bisa dikisaran 1,2% seiring dampak kenaikan harga BBM mulai terasa," ujar Riefky kepada Kontan.co.id, Minggu (2/10).

Riefky menyarankan pemerintah menjaga stabilitas nilai tukar rupiah agar bisa menekan imported inflation. Pasalnya pelemahan nilai tukar rupiah bisa menyebakan imported inflation karena biaya impor yang membengkak.

Baca Juga: Harga BBM Naik, Inflasi Bulan September 2022 Diprediksi Sebesar 1,15%

Selain itu, Riefky bilang, perlu adanya sinergi yang lebih kuat Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) sehingga inflasi sampai akhir tahun nanti tidak jatuh terlalu dalam.

Sementara itu, Direktur Segara Institute Piter Abdullah meramal, inflasi pada bulan September 2022 akan sebesar 0,9% hingga 1,1%, sedangkan secara tahunan berada pada kisaran 5,25% hingga 5,75%.

Adapun faktor pendorongnya adalah kenaikan harga BBM subsidi yang kemudian mendorong kenaikan harga berbagai barang dan jasa. Tidak hanya itu, kenaikan harga BBM juga langsug mendorong kenaikan ongkos transportasi.

"Kenaikan inflasi sulit dicegah, yang bisa dilakukan adalah bagaimana lonjakan inflasi tidak berlangsung lama dan liar sehingga mendorong kenaikan inflasi yang terlalu tinggi diatas kewajaran," kata Piter kepada Kontan.co.id, Minggu (2/10).

Untuk mengantipasi hal tersebut, Piter bilang, Bank Indonesia (BI) sudah melakukan dan akan terus menjaga demand melalui kebijakan moneter, baik kebijakan suku bunga maupun non suku bunga, seperti giro wajib minimum (GWM).

Sedangkan bagi pemerintah bisa memanfaatkan tim koordinasi pengendalian inflasi di pusat maupun daerah guna memastikan terjaganya supply barang-barang khususnya barang pokok dan pangan. Menurutnya, pemerintah juga perlu terus membangun keyakinan bahwa inflasi akan terjaga (expected inflation) sehingga tidak ada tindakan spekulatif seperti menimbun barang yang bisa memicu terjadinya inflasi.

Sebagai informasi, Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan inflasi September pada Senin (3/10). Untuk pengingat, Indonesia mencatatkan deflasi sebesar 0,21% dan inflasi secara tahunan 4,69% pada Agustus 2022.

Baca Juga: Inflasi Bulan September Diprediksi 1,14%, Inflasi Tahunan Mendekati 6%

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×