kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45917,91   -17,61   -1.88%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga BBM Naik, Inflasi Bulan September 2022 Diprediksi Sebesar 1,15%


Minggu, 02 Oktober 2022 / 18:23 WIB
Harga BBM Naik, Inflasi Bulan September 2022 Diprediksi Sebesar 1,15%
ILUSTRASI. Petugas mengganti papan harga SPBU jelang kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) di Jakarta, Sabtu (3/9/2022). Danareksa Research Institute (DRI) memperkirakan, inflasi pada bulan September 2022 sebesar 1,15% secara bulanan atau 5,94% secara tahunan.


Reporter: Bidara Pink | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Setelah mencatat penurunan harga  atau deflasi pada Agustus 2022 sebesar 0,21%, Indeks Harga Konsumen (IHK) berpeluang kembali mengalami peningkatan harga atau inflasi pada September 2022.

Danareksa Research Institute (DRI) memperkirakan, inflasi pada bulan September 2022 sebesar 1,15% secara bulanan atau 5,94% secara tahunan.

Kepala Ekonom DRI Rima Prama Artha mengatakan, tingkat inflasi pada bulan September 2022 didorong kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) pada awal September 2022.

Seperti kita ketahui, pemerintah menaikkan harga Pertalite sebesar 30,72% menjadi Rp 10.000 per liter. Harga Solar bersubsidi naik 32,04% menjadi Rp 6.800 per liter dan harga Pertamax naik 16,00% menjadi Rp 14.500 per liter.

“Kenaikan harga BBM mendorong peningkatan harga barang diatur pemerintah (administered price) dan kemudian mendorong inflasi inti untuk bertambah,” tutur Rima kepada Kontan.co.id, Minggu (2/10).

Baca Juga: Inflasi September Diramal Meroket, Ekonom: Pemerintah Perlu Jaga Kebutuhan Pangan

Dengan kenaikan harga BBM tersebut, Rima memperkirakan, inflasi administered price sebesar 1,58% secara bulanan dan secara tahunan inflasi komponen ini sebesar 8,37%. Sedangkan inflasi inti pada September 2022 akan mencapai 0,95% secara bulanan dan secara tahunan di level 3,88%.

Sebaliknya, komponen harga pangan bergejolak (volatile food) pada September 2022 diyakini melanjutkan tren deflasi secara bulanan, yaitu sebesar 2,33% mom. Meski demikian, inflasi volatile food bila dibandingkan dengan September 2021 masih naik 7,33% yoy.

Ke depan, Rima memperkirakanm ada potensi peningkatan inflasi. Terlebih, pada kuartal IV-2022 ada momentum libur Natal dan Tahun Baru yang biasanya melecut inflasi dari sisi permintaan. Menurut perkiraannya, inflasi pada akhir tahun 2022 akan mencapai 6,00% yoy.

Untuk menekan inflasi agar tak bergerak liar, dari sisi moneter memang Bank Indonesia (BI) telah menaikkan suku bunga acuan dan telah mengurangi likuiditas di perbankan. Namun, ia memandang perlu adanya aksi yang bisa mengontrol inflasi dari sisi suplai.

“Yang bisa dilakukan utamanya juga menjaga keterjangkauan harga pangan, lewat operasi pangan dan monitor distribusinya,” kata Rima.

Baca Juga: Bank Dunia: Kunci Peredam Inflasi Energi di Indonesia Adalah Subsidi Energi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×