kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Indonesia kritik studi AS soal negatif virus corona, Terawan: Ini penghinaan!


Kamis, 13 Februari 2020 / 04:01 WIB
Indonesia kritik studi AS soal negatif virus corona, Terawan: Ini penghinaan!


Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Hampir dua bulan wabah virus corona merebak di China dan dunia. Namun, Indonesia menjadi salah satu negara yang belum terpapar virus corona. Meski ada beberapa pasien yang diduga terpapar virus 2019-nCoV (novel coronavirus) tersebut, tetapi hasilnya selalu negatif.

Sebanyak 238 orang yang dievakuasi dari Provinsi Hubei dan diobservasi di Natuna pun diketahui dalam kondisi sehat.

Melihat fakta tersebut, ahli epidemiologi Marc Lipsitch dari Harvard TH Chan School of Public Health menduga bahwa sebenarnya virus corona telah menyebar di Indonesia, tetapi tak terdeteksi. Hal tersebut akan menimbulkan potensi bagi virus tersebut membentuk epidemi yang jauh lebih besar.

Baca Juga: Laporan otoritas China: Seorang warga China yang kunjungi Bali positif virus corona

Pernyataan itu membuat Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto meradang. Tidak terima dengan pernyataan itu, Terawan pun membuat sejumlah pernyataan keras. Berikut paparannya:

Dianggap menghina

Terawan tidak terima dengan pernyataan bahwa Indonesia tak dapat mendeteksi virus corona. Menurut dia, Indonesia memiliki sejumlah peralatan canggih untuk mendeteksi virus corona.

"Itu namanya penghinaan, wong peralatan kita kemarin di-fix-kan dengan Duta Besar Amerika Serikat (AS). Kita menggunakan kit-nya (alat) dari AS," ujar Terawan seusai rapat di Kantor TNP2K, Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Selasa (11/2/2020).

Baca Juga: Duh, muncul virus misterius di Nigeria yang menewaskan 15 orang

Terawan mengatakan, sejauh ini pihaknya sudah bekerja sesuai standar internasional dalam melakukan proses pengecekan virus corona. Tidak hanya peneliti Harvard, Terawan pun mempersilakan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk melihat proses pengecekan yang dilakukan di Indonesia dengan alat yang mereka miliki.

"Kita terbuka kok, enggak ada yang ditutup-tutupi. Tapi kalau disuruh compare ke negara lain itu namanya ada MTA, material transfer agreement-nya. Tidak boleh material itu dibawa keluar, ada perjanjian luarnya," tutur dia.

Persilakan periksa

Pada prinsipnya, kata Terawan, Kemenkes sangat transparan sehingga mempersilakan apabila peneliti Harvard itu ingin memeriksa laboratorium dan proses pemeriksaannya. Langkah ini akan dilakukan agar tidak ada lagi yang menyangsikan hasil deteksi yang telah dilakukan terhadap dugaan virus corona di Indonesia. "Negara lain yang sudah terakreditasi sudah mengakui, WHO juga sudah mengakui, alat juga dari sana," kata Terawan.

Baca Juga: Wabah virus corona di China menghambat pasokan bahan baku produsen sepeda

"Kalau ada orang lain mau melakukan survei dan dugaan ya, silakan saja, tapi jangan mendiskreditkan suatu negara," ucap mantan Kepala RSPAD Gatot Soebroto ini.

Perlu bersyukur

Terawan mengatakan, belum adanya virus corona yang terdeteksi di Indonesia juga seharusnya tidak perlu dipertanyakan. Apalagi, kata dia, pemerintah telah waspada melakukan pencegahan dan deteksi terhadap orang-orang yang diduga terpapar virus corona. "Kita semua waspada tinggi, melakukan hal-hal yang paling level kewaspadaannya paling tinggi, dan peralatan yang dipakai juga peralatan internasional," kata Terawan.

Baca Juga: Duh, virus corona bisa menggerus pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga 0,3%

"Kalau tidak (ada temuan virus corona) ya justru disyukuri, bukan dipertanyakan. Itu yang saya tak habis mengerti, kita justru harus bersyukur Yang Maha Kuasa masih memberkahi kita," lanjut dia.

Oleh karena itu, Terawan pun berharap tidak ada yang menyangsikan persoalan tersebut.

Pencegahan virus corona

Sejumlah langkah sudah dilakukan Pemerintah Indonesia dalam mencegah penyebaran virus corona. Langkah itu mulai dari pemasangan thermoscanner di pintu-pintu kedatangan bandara dan pelabuhan. Tim dari Kementerian Kesehatan juga disiagakan di pintu-pintu tersebut untuk memeriksa setiap orang yang datang dari luar negeri, khususnya China.

Baca Juga: Tambah tiga kasus baru virus corona, Singapura terbanyak di luar China

Selanjutnya, Pemerintah Indonesia juga menghentikan sementara penerbangan dari dan ke China untuk mengantisipasi penyebaran virus tersebut mulai Rabu (5/2/2020). Hal itu diputuskan setelah Presiden Joko Widodo menggelar rapat terbatas bersama sejumlah menteri di Pangkalan TNI AU Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Minggu (2/2/2020).

Rapat tersebut membahas kepulangan warga negara Indonesia (WNI) dari Wuhan, China. Pemerintah juga mencabut untuk sementara visa bebas visa dan visa on arrival untuk warga negara China. "Kebijakan visa bebas kunjungan dan visa on arrival untuk warga negara RRT (China) yang bertempat tinggal di mainland China untuk sementara dihentikan," kata Menlu.

Baca Juga: Gara-gara corona, pendapatan maskapai penerbangan global diramal bakal tergerus

Pemerintah juga telah mengevakuasi 238 orang yang berada di Provinsi Hubei, China untuk mencegah penyebaran virus corona. Kendati demikian ada tujuh orang yang tidak kembali ke Indonesia, empat orang tidak bersedia dievakuasi atas kehendak sendiri, sedangkan tiga lainnya tidak lolos screening kesehatan oleh Pemerintah China.

Adapun sejumlah WNI yang dievakuasi tersebut langsung diobservasi di Natuna, Kepulauan Riau untuk dilakukan sejumlah pemeriksaan kesehatan terkait dengan kemungkinan terpapar virus corona. Namun, Menteri Kesehatan Terawan, memastikan bahwa kondisi ke-238 orang tersebut dalam kondisi sehat dan pada 15 Februari ini observasi mereka di Natuna sudah rampung.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Pernyataan Peneliti Harvard soal Virus Corona dan Perlawanan Terawan..."
Penulis : Deti Mega Purnamasari
Editor : Bayu Galih

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×