kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.159   41,00   0,25%
  • IDX 7.060   75,74   1,08%
  • KOMPAS100 1.054   13,79   1,33%
  • LQ45 829   11,89   1,46%
  • ISSI 214   1,60   0,75%
  • IDX30 422   6,17   1,48%
  • IDXHIDIV20 509   7,32   1,46%
  • IDX80 120   1,57   1,32%
  • IDXV30 125   0,62   0,50%
  • IDXQ30 141   1,83   1,32%

Indonesia Bergabung dengan BRICS, Ekonom: Akan Makin Ketergantungan dengan China


Senin, 28 Oktober 2024 / 10:39 WIB
Indonesia Bergabung dengan BRICS, Ekonom: Akan Makin Ketergantungan dengan China
ILUSTRASI. Indonesia sudah menyatakan niatnya untuk bergabung dengan BRICS


Reporter: Shifa Nur Fadila | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Belum genap satu minggu menjabat, Menteri Luar Negeri Sugiono menjadi sorotan publik setelah pernyataannya dalam forum BRICS Plus Summit di Kazan pada 24 Oktober 2024. Di mana, Indonesia menyatakan akan bergabung dalam aliansi yang beranggotakan 5 negara besar yakni Brazil, Russia, India, China, dan Afrika Selatan (BRICS).

Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies  (CELIOS) Bhima Yudhistira mengatakan, pendaftaran resmi Indonesia ke dalam BRICS tersebut semakin menegaskan ketergantungan Indonesia pada China. 

"Padahal tanpa BRICS dari sisi investasi dan perdagangan Indonesia, porsi China sudah sangat besar," ujar Bhima dalam keterangan resmi, Senin (28/10).

Bhima mencatat, impor Indonesia dari China melonjak 112,6% dalam sembilan tahun terakhir, dari US$ 29,2 miliar pada 2015 menjadi US$ 62,1 miliar pada 2023.

Sementara investasi dari China melonjak 11 kali di periode yang sama. Indonesia juga tercatat sebagai penerima pinjaman Belt and Road Initiative terbesar dibanding negara lainnya pada 2023. 

Baca Juga: Antara BRICS dan OECD, Ekonom: Sama-Sama Punya Kelebihan

Selain kekhawatiran terjadi duplikasi pada kerjasama bilateral dengan China, menurut Bhima proyek-proyek yang didanai pemerintah dan swasta China di Indonesia menimbulkan berbagai persoalan terutama segi lingkungan hidup dan tenaga kerja. Hl ini masih menjadi pekerjaan rumah yang belum diselesaikan. 

Kecelakaan kerja yang terjadi di IMIP berulang kali menunjukkan standarisasi dan pengawasan proyek investasi China masih lemah. Padahal Indonesia ingin meningkatkan nilai tambah komoditas secara berkualitas, yang berarti wajib selaras dengan investasi yang lebih berkualitas.

Diversifikasi asal investasi yang bisa membantu Indonesia naik kelas merupakan strategi utama. 

"Ketergantungan pada China juga membuat perekonomian lebih rapuh," ungkapnya. 

Bhima menambahkan di saat ekonomi China diproyeksikan menurun 3,4% dalam 4 tahun ke depan berdasarkan World Economic Outlook IMF, terdapat kekhawatiran dengan bergabungnya Indonesia ke BRICS justru melemahkan kinerja perekonomian. Kondisi ini idealnya direspon dengan penguatan diversifikasi negara mitra di luar China bukan malah masuk menjadi anggota BRICS.  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×