kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.452.000   -12.000   -0,82%
  • USD/IDR 15.205   -60,00   -0,40%
  • IDX 7.642   114,20   1,52%
  • KOMPAS100 1.191   18,71   1,60%
  • LQ45 953   14,44   1,54%
  • ISSI 230   3,47   1,53%
  • IDX30 490   7,75   1,61%
  • IDXHIDIV20 589   10,01   1,73%
  • IDX80 136   1,84   1,38%
  • IDXV30 143   2,16   1,54%
  • IDXQ30 164   2,59   1,61%

Ekonomi Indonesia Sangat Kompleks, Ekonom Ini Ingatkan Prabowo Jangan Salah Langkah


Selasa, 01 Oktober 2024 / 19:53 WIB
Ekonomi Indonesia Sangat Kompleks, Ekonom Ini Ingatkan Prabowo Jangan Salah Langkah
ILUSTRASI. Pemerintahan Prabowo harus melakukan langkah strategis, dengan menstimulus permintaan walau akan berdampak pada melebarnya defisit APBN


Reporter: Shifa Nur Fadila | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Saat ini perekenomian Indonesia sedang tidak baik-baik saja. Hal itu tercermin dari kembali terjadinya deflasi, terkontraksinya Purchasing Manager’s Index (PMI) manufaktur Indonesia hingga masih terus pemutusan hubungan kerja (PHK) yang terus bertambah.

Ekonom Universitas Paramadina Wijayanto Samirin menilai masalah ekonomi Indonesia saat ini sudah sangat kompleks. Berbagai isu terus menghantam perekonomian Indonesia.

Menurutnya, jika tidak dilakukan terobosan, permasalahan ekonomi tidak akan berakhir hingga tahun depan.

"Pemerintahan Prabowo harus melakukan langkah strategis, dengan menstimulus demand walau akan berdampak pada melebarnya defisit APBN," jelas Wijayanto kepada Kontan, Sealsa (1/10).

Wijayanto menyebutkan, PMI manufaktur menurun dan deflasi merupakan indikasi kuat baik konsumen maupun produsen pesimistis dengan prospek ekonomi, sehingga mengurangi produksi dan mengurangi konsumsi.

Baca Juga: Badai PHK hingga Kontraksi Manufaktur Jadi Tantangan Pemerintahan Prabowo-Gibran

Permasalahannya, jika produsen mengurangi produksi, maka akan terjadi PHK besar-besaran, seperti saat ini dan mungkin akan terus berlanjut. Kemudian hal itu akan mengurangi daya beli yang berdampak pada deflasi yang berkepanjangan. 

"Hasil akhirnya adalah perlambatan ekonomi," kata Wijayanto. 

Menurut Wijayano, suku bunga perlu diturunkan walaupun akan berdampak pada pelemahan nilai tukar rupiah, namun akan mengurangi investasi masyarakat dan penempatan dana bank ke surat berharga negara (SBN).

Hal ini akan berdampak kepada konsumsi masyarakat dan peningkatan kucuran kredit ke sektor riil yang akan mendongkrak permintaan.

Insentif pajak juga perlu diberikan secara selektif, paling tidak rencana kenaikan pajak perlu ditunda hingga kondisi membaik. 

Yang tidak kalah penting, kata Wijayanto, pemerintah harus membangun kepercayaan rakyat dan pelaku usaha, melalui rencana program dan kebijakan ekonomi yang jelas serta terarah.

"Jika Pemerintahan Prabowo gagal mengambil langkah antisipasi, maka target pertumbuhan ekonomi 2025 kemungkinan besar akan gagal dicapai," ungkapnya. 

Selanjutnya: Astra Credit Companies Catat Pembiayaan Mobil Tetap Tumbuh di Tengah Pasar yang Lesu

Menarik Dibaca: MIND ID Komitmen Hilirisasi yang Berkelanjutan, Simak Caranya!

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Eksekusi Jaminan Fidusia Pasca Putusan MK Supply Chain Management on Procurement Economies of Scale (SCMPES)

[X]
×